Nationalgeographic.grid.id—Pernahkah Anda membayangkan berjalan-jalan di antara dinosaurus raksasa? Gagasan itu mungkin terdengar seperti adegan dari film fiksi ilmiah, tetapi ternyata, nenek moyang manusia purba kita mungkin memang pernah mengalami hal tersebut.
Selama bertahun-tahun, para ilmuwan telah berdebat sengit mengenai apakah mamalia plasenta—kelompok hewan yang mencakup manusia, anjing, dan kelelawar—benar-benar hidup berdampingan dengan dinosaurus.
Kini, sebuah penelitian inovatif dari para peneliti di University of Bristol dan University of Fribourg di Swiss telah menemukan bukti kuat yang menunjukkan bahwa nenek moyang kita memang sempat berbagi Bumi dengan para penguasa prasejarah tersebut.
Membongkar Misteri dari Fosil dan Jam Molekuler
Pemahaman kita tentang sejarah Bumi jutaan tahun lalu banyak terbantu oleh catatan fosil. Namun, ada satu kendala besar: fosil mamalia plasenta yang ditemukan selama ini selalu berusia lebih muda dari 66 juta tahun.
Periode ini, seperti yang kita tahu, adalah saat sebuah asteroid raksasa menghantam planet kita, memicu kepunahan massal dinosaurus non-unggas.
Inilah mengapa sebagian ilmuwan sebelumnya berpendapat bahwa mamalia plasenta baru mulai berevolusi setelah peristiwa dahsyat ini, dan dengan demikian, tidak pernah hidup berdampingan dengan dinosaurus.
Namun, analisis terbaru ini menawarkan perspektif yang berbeda. Para peneliti meninjau data jam molekuler, sebuah metode yang mempelajari bagaimana urutan DNA dan protein telah berevolusi dari waktu ke waktu.
Metode ini, seperti dilansir laman BBC, memungkinkan mereka untuk memperkirakan waktu kemunculan berbagai kelompok mamalia berdasarkan laju perubahan genetik.
Emily Carlisle dari Bristol's School of Earth Sciences, selaku penulis utama penelitian ini, menjelaskan, "Kami mengumpulkan ribuan fosil mamalia plasenta dan dapat melihat pola asal usul dan kepunahan kelompok-kelompok yang berbeda. Berdasarkan ini, kami dapat memperkirakan kapan mamalia plasenta berevolusi."
Pendekatan komprehensif ini menggabungkan data fosil dengan analisis genetik yang canggih untuk menyusun gambaran evolusi yang lebih lengkap.
Baca Juga: Apatosaurus, Dinosaurus 'Penipu' dan Alasan di Balik Namanya yang Kontroversial
KOMENTAR