Nationalgeographic.grid.id—Musim panas telah resmi menyapa, namun kali ini ia datang dengan sambutan yang kurang menyenangkan berupa fenomena heat dome atau kubah panas ekstrem yang memanggang sebagian besar wilayah Amerika Serikat bagian tengah dan timur.
Peringatan serius telah dilayangkan oleh National Oceanic and Atmospheric Administration's National Weather Service, yang menyatakan bahwa "punggung atas yang kuat yang bertengger di atas bagian timur negara itu akan terus menghasilkan gelombang panas yang sangat berbahaya minggu ini."
Suhu tinggi yang diperkirakan mencapai puncaknya di kisaran 37 derajat Celsius bahkan lebih, diprediksi akan memecahkan rekor, sementara suhu terendah di malam hari yang hanya turun hingga 21-26 derajat Celsius menawarkan sedikit kelegaan.
Kelembaban udara yang tinggi semakin memperburuk keadaan, mendorong indeks panas mencapai angka yang mengkhawatirkan, mendekati 46 derajat Celsius di beberapa area. Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan kubah panas ini, dan bagaimana fenomena meteorologi ini bisa memicu suhu sepanas itu di Negeri Paman Sam?
Kubah panas sendiri merupakan fenomena meteorologi di mana area luas tekanan tinggi di atmosfer membentuk punggung bukit dan bertahan selama berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu.
Brandon Buckingham, Ahli Meteorologi AccuWeather, menjelaskan bahwa "Kubah ini berfungsi seperti tutup, mencegah panas keluar dan menghalangi pembentukan awan, yang menyebabkan suhu tinggi yang persisten dan sedikit kelegaan dari panas."
Udara panas yang naik terhalang oleh tekanan tinggi, dan saat turun, udara terkompresi serta semakin panas, menciptakan kondisi ekstrem. Meskipun bukan istilah ilmiah formal, "kubah panas" telah populer untuk menggambarkan fenomena ini.
Fenomena ini disebabkan oleh kondisi cuaca spesifik, berbeda dengan gelombang panas biasa. Kubah panas umumnya dipicu oleh perubahan pola atmosfer yang mengganggu aliran jet stream—arus angin kencang di atmosfer. Ketika loop utara dan selatan jet stream membesar dan melambat, sistem tekanan tinggi terhenti, membentuk kubah panas.
Pola iklim laut, seperti La Niña dengan suhu permukaan laut yang lebih hangat, juga dapat menjadi pemicu.
Sistem tekanan tinggi ini mencegah udara hangat naik, menghambat pembentukan awan, dan menciptakan cuaca cerah serta kering yang persisten, memungkinkan lebih banyak radiasi matahari masuk ke dalam kubah. Sayangnya, kubah panas cenderung stagnan atau bergerak lambat, dengan jalur dan durasinya dikendalikan oleh pola sirkulasi atmosfer, terutama jet stream.
"Posisi jet stream sering kali menentukan berapa lama suatu wilayah akan menderita di bawah kubah dan apakah udara yang lebih dingin dari lintang yang lebih tinggi dapat masuk," kata Buckingham, seperti dilansir laman National Geographic. Kelegaan baru tiba saat punggung tekanan tinggi melemah.
Baca Juga: Berapa Suhu Kawah Chicxulub Setelah Hantaman Asteroid yang Membunuh Dinosaurus?
KOMENTAR