Nationalgeographic.co.id–Warisan suatu negara bisa dibilang sangat penting bagi negara tersebut. Warisan menghubungkan masa kini dengan masa lalu. Selain itu, juga menyatukan umat manusia dalam apresiasi dan kecintaan terhadap sejarah dan arkeologi.
Situs budaya kuno dapat mengingatkan kita pada sejarah kita sendiri atau mungkin kisah leluhur kita. Situs warisan budaya adalah adalah sebagian alasan mengapa banyak dari kita mengagumi dan menghargai tempat-tempat kuno. Itulah sebabnya mengapa penghancuran yang disengaja terhadap situs kuno mana pun dapat menyebabkan kemarahan dan keputusasaan global.
Misalnya Iran. Negara ini memiliki sejarah dan budaya yang sangat menarik. Situs-situs warisan budayanya tidak boleh dilewatkan dan wajib untuk dilestarikan. Sayangnya, Iran terus dilanda konflik. Dan bukan tidak mungkin jika konflik tersebut mengancam keberadaan situs-situs warisan budaya yang tidak hanya berharga bagi Iran, tapi juga bagi dunia.
Kemungkinan hilangnya situs warisan budaya Iran
Situs berita internasional telah melaporkan kemungkinan hilangnya warisan budaya yang sangat besar di Iran. Seperti yang kerap terjadi pada negara-negara yang berkonflik di seluruh wilayah tersebut.
Kekhawatiran tersebut merupakan tanggapan terhadap apa yang dicuitkan presiden Amerika Serikat tahun 2020. Trump pernah menyebut bahwa Amerika Serikat menargetkan 52 situs penting iran untuk membalas tindakan Iran.
Namun, Menteri Pertahanan Amerika Serikat yang menjabat saat itu, Mark Esper, mengeluarkan pernyataan, “Kami akan mengikuti hukum konflik bersenjata.” Artinya, situs warisan budaya di Iran aman. Mengapa?
“Menargetkan situs budaya dilarang oleh konvensi internasional yang ditandatangani di Jenewa dan Den Haag. Pada tahun 2017, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan resolusi dengan suara bulat yang mengutuk penghancuran situs warisan.”
Beberapa organisasi dengan sengaja menargetkan situs warisan budaya di masa lalu. Namun meskipun situs tersebut tidak secara sengaja ditargetkan, tindakan dari kedua belah pihak dalam konflik menyebabkan kerusakan tambahan. Dan ketika itu terjadi pada situs bersejarah, itu pasti tidak dapat dipulihkan. Hal ini telah terjadi sepanjang sejarah.
Situasi di Iran tentu saja meresahkan dunia karena berbagai alasan, tetapi fokus kami bukanlah politik di sini. Sebaliknya, artikel ini akan membahas beberapa situs warisan berharga Iran yang dapat terancam bahkan jika konvensi internasional dihormati.
Berikut ini adalah enam situs arkeologi penting Iran yang diharapkan akan terus bertahan.
Chogha Zanbil
Chogha Zanbil, yang berarti “gundukan keranjang”, paling terkenal karena zigguratnya yang unik. Kota ini didirikan sekitar tahun 1250 SM oleh Raja Elam, Untash-Napirisha. Kota ini mungkin berfungsi sebagai ibu kota agama.
Tidak seperti ziggurat di Mesopotamia, monumen di Chogha Zanbil tidak dibangun dengan menumpuk satu lantai di atas lantai lainnya. Kelima lantai ziggurat Chogha Zanbil menjulang dari tanah. Kuil asli yang didedikasikan untuk Dewa Elamite mengelilingi halaman terbuka berbentuk persegi. Halaman itu memungkinkan ziggurat dibangun dengan cara yang unik.
Struktur lain di lokasi tersebut termasuk dinding oval yang mengelilingi ziggurat dan dua pagar lagi. Pagar kedua mengelilingi zona yang luas dan hampir kosong. Dan pagar terluar dimaksudkan untuk melindungi kota dari penjajah.
Tiga istana dan sebuah kuil ditemukan di area antara pagar kedua dan ketiga. Menariknya, tampaknya rumah-rumah tidak pernah dibangun di kota tersebut. Pada tahun 1979, Chogha Zanbil menjadi salah satu situs Iran pertama yang terdaftar sebagai Situs Warisan Dunia.
Makam Cyrus yang Agung
Makam Cyrus Agung adalah nama yang diberikan untuk sebuah monumen yang terletak di kota Persia kuno Pasargadae. Kota ini didirikan oleh Cyrus dan berfungsi sebagai ibu kota Kekaisaran Akhemeniyah hingga penggantinya, Cambyses II, memindahkannya ke Susa.
Bangunan ini ditemukan tidak jauh dari Istana Pasargadae. Monumen ini telah dipuji sebagai contoh luar biasa dari fase pertama seni dan arsitektur Kekaisaran Akhemeniyah.
Monumen ini terdiri dari dua bagian – bagian bawah dan bagian atas. Bagian bawah berbentuk panggung berundak, yang mengingatkan pada ziggurat Mesopotamia. Sedangkan untuk bagian atas makam, dapat dibagi lagi menjadi dua bagian. Pertama, ruang makam itu sendiri. Dan ruang di atasnya, yang fungsi pastinya masih belum diketahui.
Golestan Palace atau Istana Golestan
Golestan Palace atau Istana Golestan berarti ‘Roseland Palace’ dalam bahasa Persia. Situs ini merupakan kompleks istana yang dulunya merupakan bagian dari sekelompok monumen yang terletak di dalam tembok jerami lumpur Arg (benteng) Teheran. Istana Golestan terdiri dari sejumlah bangunan megah dengan taman yang terawat baik. Istana ini terletak tepat di pusat kota Teheran, ibu kota Iran.
Bangunan paling awal yang masih ada di kompleks istana ini berasal dari Dinasti Zand, pada paruh kedua abad ke-18. Dan ciri khas Golestan Palace yang paling menonjol adalah perpaduan elemen arsitektur Persia dan Eropa. Banyak bangunan yang mengesankan, termasuk Imarat-i Takht-i Marmar (Ruang Takhta Marmer atau Marble Throne Room), tempat resepsi resmi diadakan. Selain itu juga ada Talar-i Aaj (Aula Gading atau Hall of Ivory), tempat hadiah dari negara asing disimpan.
Saat ini, Golestan Palace merupakan Situs Warisan Dunia dan terbuka untuk pengunjung.
Persepolis
Persepolis dulunya merupakan ibu kota Kekaisaran Persia yang menakjubkan (juga dikenal sebagai Kekaisaran Akhemeniyah). Namun, Persepolis hilang dari dunia selama hampir 1.900 tahun, terkubur di tanah Iran barat daya hingga abad ke-17.
Kota ini didirikan pada tahun 518 SM oleh Darius I dan dibangun di kaki “Gunung Belas Kasih atau Mountain of Mercy” di Iran modern.
Kota ini dimodelkan berdasarkan kompleks Mesopotamia sebelumnya. Serta dirancang untuk memberikan kesan visual sekaligus menangani urusan istana dan militer. Saat ini, teras dan rangka aula audiensi masih ada. Begitu pula dekorasi yang diukir yang telah bertahan terhadap waktu, alam, dan peperangan.
Ada juga banyak tiang yang dimahkotai dengan griffin, banteng bersayap, atau singa. Tiang-tiang tersebut tersebar di sekitar area yang dulunya merupakan kerajaan. Makam yang belum tersentuh dan Gerbang Semua Bangsa (Gate of All Nations) adalah dua fitur lain yang membuktikan pentingnya situs kuno ini.
Nashtifan Windmills atau Kincir Angin Nashtifan
Nashtifan adalah situs kuno yang terletak di Kabupaten Khaf. Khaf merupakan bagian dari provinsi Rzavi Khorasan di timur laut Iran. Dahulu, kota ini dikenal sebagai ‘Nish Toofan’, yang dapat diterjemahkan menjadi ‘sengat badai’. Julukannya itu merupakan indikasi jenis lingkungan tempat kota itu berada.
Karena angin kencang yang bertiup di daerah tersebut, kincir angin dibangun di dekat kota untuk memanfaatkan sumber energi ini. Hebatnya, masih ada sejumlah kincir angin yang dibangun pada zaman dahulu, dan masih berfungsi hingga saat ini.
Kincir angin Nashtifan adalah jenis asbad dan telah digunakan untuk menggiling biji-bijian menjadi tepung. Diperkirakan bahwa kincir angin ini telah berfungsi selama sekitar 1.000 tahun.
Pada tahun 2002, kincir angin Nashtifan diakui sebagai situs warisan nasional oleh Iran. Selain itu, kincir angin kuno Iran saat ini berada dalam Daftar Sementara Daftar Warisan Dunia UNESCO. Meskipun demikian, pengakuan yang diberikan kepada situs tersebut tidak menjamin masa depannya.
Susa
Kota Shushan, yang dulunya juga disebut Susa dan sekarang dikenal sebagai Shush, pernah berada di tangan Kekaisaran Elam, Persia, dan Parthia. Kota ini dikenal sebagai pusat pemujaan Inanna, dewi cinta, kesuburan, dan peperangan bangsa Sumeria. Kota ini juga menjadi kediaman musim dingin raja-raja Persia setelah direbut oleh Cyrus yang Agung.
Sejumlah penggalian di kota ini telah mengungkap bukti pendudukan yang dimulai sejak 4200 SM. Artefak yang ditemukan di situs tersebut meliputi segel silinder berukir, perhiasan, serta bola tanah liat.
Selain itu, ada lempengan tanah liat dengan tulisan paku yang mencatat transaksi bisnis, sejarah politik, dan perhitungan matematika. Panel-panel batu bata berwarna yang diglasir masih dapat dilihat di reruntuhan tersebut hingga saat ini.
Semoga situs-situs ini akan aman dan bertahan dalam jangka waktu lama!
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR