Sebelum manik-manik dapat mulai dibuat, hampir 2.200 pon kulit kerang mentah harus dikumpulkan, diangkut, dan disiapkan. Hal ini menunjukkan adanya komunitas yang sangat terorganisasi, yang mampu mengoordinasikan upaya yang sangat besar tersebut.
Surplus makanan pasti diperlukan untuk memberi makan para pekerja, dan seseorang dalam komunitas tersebut harus merencanakan logistik operasi berskala besar ini. Fakta bahwa upaya tersebut didedikasikan untuk menciptakan pakaian seremonial menunjukkan peran utama ritual dan pertunjukan dalam kehidupan sosial dan budaya komunitas tersebut.
Perempuan di Pusat Hierarki Sosial
Di antara sisa-sisa kerangka manusia yang ditemukan di makam Montelirio, 15 dari 20 individu yang teridentifikasi adalah perempuan. Para perempuan ini bukan sekadar peserta pasif dalam ritual komunitas; peran mereka merupakan bagian integral dari tatanan sosial dan budaya saat itu.
Penemuan manik-manik yang rumit di makam itu menunjukkan bahwa para perempuan tersebut kemungkinan besar adalah pemimpin atau individu berstatus tinggi. Para peneliti menemukan manik-manik yang paling rumit dan berhias dikaitkan dengan dua perempuan yang diposisikan paling dekat dengan altar bilik.
Penempatan ini dan keunggulan manik-manik tersebut menunjukkan adanya struktur sosial hierarkis di mana perempuan memiliki pengaruh yang cukup besar. Peran mereka yang berstatus tinggi menantang asumsi umum bahwa masyarakat Eropa prasejarah benar-benar menganut sistem patriarki.
Sebaliknya, makam Montelirio menyajikan pandangan yang bernuansa tentang peran gender, yang menunjukkan bahwa perempuan memainkan peran penting dalam mengelola sumber daya, mengawasi produksi kerajinan, dan memimpin kegiatan ritual.
Simbolisme dan Kekuasaan: Peran Manik-Manik
Dikutip dari Indian Defence Review, manik-manik yang ditemukan di makam Montelirio tidak hanya bersifat dekoratif, tetapi juga bersifat simbolis. Manik-manik kerang telah digunakan sepanjang sejarah sebagai mata uang, penanda status, dan simbol identitas.
Dalam kasus makam Montelirio, manik-manik tersebut berfungsi sebagai sinyal sosial yang kuat, yang menghubungkan pemakainya dengan sistem perdagangan, ritual, dan otoritas yang lebih besar. Pemilihan kerang sebagai bahan untuk manik-manik juga memiliki makna yang signifikan.
Kerang-kerang tersebut, yang dikumpulkan dari pantai Atlantik, mungkin dianggap sebagai penghubung antara masyarakat pedalaman dan laut. Benda-benda ini menghubungkan masyarakat Valencina dengan jaringan perdagangan Mediterania yang lebih luas yang kemudian menjadi bagian dari sebagian besar sejarah wilayah tersebut di kemudian hari.
Adapun pakaian ini, yang dihiasi dengan ribuan manik-manik, berfungsi sebagai simbol kekuasaan dan status yang hidup. Siapa pun yang mengenakannya akan menjadi figur otoritas, dengan berat manik-manik yang tidak hanya mewakili bobot fisik tetapi juga bobot sosial dan ekonomi pemakainya.
Upaya keras yang diperlukan untuk menciptakan pakaian yang rumit seperti itu akan menjadi sinyal yang jelas kepada orang lain tentang kedudukan tinggi pemakainya dalam masyarakat.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR