Para peneliti memulai dengan mengamati hewan hidup yang bergerak dengan kecepatan ekstrem dan membutuhkan pasokan udara yang lebih tinggi, seperti elang peregrine, yang mencapai kecepatan lebih dari 200 mil per jam saat menyelam untuk menangkap mangsa, atau cheetah, yang dapat berakselerasi dari 0 hingga 60 mil per jam hanya dalam tiga detik.
Mereka menemukan bahwa banyak burung — satu-satunya dinosaurus yang masih hidup saat ini — memiliki tulang berongga, tidak hanya agar lebih ringan saat terbang, tetapi juga di sekitar paru-paru mereka, yang memungkinkan mereka untuk memperluas kapasitas aerobik mereka lebih dari yang seharusnya.
Sauropoda memiliki rongga serupa di tulang-tulang tulang belakangnya, yang sekarang diyakini oleh para ahli paleontologi bertindak sebagai sistem paru-paru semu, membantu mereka mendapatkan cukup oksigen dari leher hingga ke paru-paru mereka.
“Kita benar-benar dapat mulai menyimpulkan beberapa kesimpulan yang tampaknya mustahil tentang hewan yang punah hanya dengan memahami cara kerja hewan yang masih hidup,” kata Tseng, “menciptakan jembatan ini dari biologi ke paleontologi.”
Gagasan yang terus berkembang tentang dinosaurus
Kantor Tseng berada di Valley Life Sciences Building milik UC Berkeley, yang menaungi Museum of Paleontology kampus tersebut. Museum ini menyimpan salah satu koleksi paleontologi terbesar di antara semua museum universitas di dunia.
Meskipun sebagian besar koleksi hanya dibuka untuk penelitian, ada replika besar T. rex yang dijuluki Osborn di lobi tepat saat pengunjung masuk. Itu adalah salah satu kerangka T. rex terlengkap yang pernah direkonstruksi. Spesimen itu awalnya ditemukan di formasi Hell Creek, formasi batuan di Montana, Amerika Serikat, yang terkenal karena menyimpan banyak fosil dinosaurus.
Jika Anda melihat buku-buku dari 50 tahun lalu, mereka memposisikan dinosaurus dengan sangat berbeda dari cara kita melakukannya saat ini.
Selain mempelajari hewan yang masih hidup untuk memahami bagaimana cara hidup dinosaurus, Tseng mengatakan penemuan-penemuan berbasis penelitian di lapangan telah secara mendasar mengubah cara kita berpikir tentang penampilan dinosaurus.
Dalam banyak buku, kebanyakan dinosaurus terlihat seperti kadal raksasa berwarna kusam. Mereka sering bersisik, dengan nuansa hijau kecokelatan yang lembut.
Namun dalam beberapa dekade terakhir, kata Tseng, para ahli paleontologi di seluruh dunia telah menemukan tulang dinosaurus dengan bulu di sekelilingnya, yang merupakan spesies yang sebelumnya tidak mereka sadari berbulu, termasuk tyrannosaurus.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR