Ketiga, ia melanjutkan, ubah konsumsi pasif jadi aktif. Ajak anak menganalisis konten absurd. Misalnya, “Sebutkan tiga hal tidak masuk akal di video ini!”
Keempat, latih cognitive anchoring. Hubungkan konten absurd dengan fakta, seperti, “Hiu tidak berkaki, kan?”
Kelima, edukasi bahaya absurditas. Jelaskan bahwa konsumsi berlebihan bisa mengubah jalur saraf, layaknya makan permen secara terus-menerus.
Keenam, lakukan digital detox. Melly mengatakan, apabila konsumsi sudah tak terkendali, matikan internet selama 3–7 hari dan ganti dengan aktivitas fisik atau sosial langsung.
Dampak Brain Rot bagi Anak
Istilah brain rot sendiri mencerminkan kondisi psikologis akibat gaya hidup digital masa kini yang dipenuhi scrolling tanpa henti, menonton secara maraton, dan multitasking.
Kata Melly, “Perilaku ini menyebabkan cognitive overload, kelelahan mental, dan berkurangnya fokus. Paparan berlebihan terhadap video berdurasi pendek mengubah preferensi otak terhadap stimulasi cepat.”
Karena itu, ia menambahkan, penting bagi orang tua mengenali gejala awal brain rot. Gangguan ini dapat muncul dalam bentuk kognitif, bahasa, emosi, maupun sosial.
“Anak bisa sulit konsentrasi, sering lupa instruksi sederhana, bicaranya patah-patah, atau kosakatanya menyusut. Secara emosional, mereka bisa tertawa histeris saat online tetapi datar ketika diajak bicara. Ada juga yang marah ketika gadget diambil,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa setiap usia menunjukkan gejala berbeda. “Balita mungkin meniru gerakan absurd yang mereka lihat. Anak usia SD bisa mengalami penurunan nilai drastis. Sementara remaja mulai berkomunikasi dengan bahasa meme,” pungkasnya.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR