Nationalgeographic.co.id—Jurassic World Rebirth dengan gamblang menunjukkan bahaya mengotak-atik DNA dinosaurus melalui penciptaan "D-Rex," mutan mengerikan dengan proporsi tubuh manusia dan nafsu tak terbatas terhadap manusia.
Pesan sentralnya jelas: meskipun kita bisa mengembalikan dinosaurus, kita seharusnya tidak melakukannya. Seperti inti dari seri Jurassic Park, yaitu tentang perdebatan etika.
Secara teknis, mengembalikan dinosaurus di dunia nyata tetaplah fiktif. DNA sangat rapuh dan mulai rusak segera setelah berada di luar sel hidup. DNA tertua yang pernah ditemukan baru berusia 2,4 juta tahun, jauh dari fosil dinosaurus termuda yang berusia 65 juta tahun.
Namun, pelajaran etika ini tidak kehilangan relevansinya. De-extinction, atau pengembalian kepunahan, adalah konsep yang sedang diupayakan oleh para ahli genetika dan konservasionis saat ini untuk menyelamatkan spesies yang terancam punah atau mengembalikan beberapa spesies yang sudah lama punah.
Jack Horner, profesor paleontologi di Montana State University dan konsultan di beberapa film Jurassic Park, meyakini bahwa sains adalah tentang penemuan. "Itu hal yang keren dari sains: Ini benar-benar tentang eksplorasi," katanya seperti dilansir Inverse.
"Ketika Anda menjelajah, terutama ketika Anda tidak membatasinya, Anda tidak akan pernah tahu apa yang akan Anda temukan." Ia menambahkan bahwa jika ada masalah di kemudian hari, kita bisa "melarangnya atau mengaturnya atau melakukan apa pun."
Kekhawatiran Lingkungan dan Kelangsungan Hidup
Horner dan timnya sendiri sedang berupaya menciptakan "Dinochicken" – seekor ayam yang telah direkayasa secara genetik agar memiliki fitur dinosaurus. Colossal Biosciences juga mengumumkan awal tahun ini telah berhasil menghidupkan kembali dire wolf, memodifikasi genom serigala abu-abu.
Namun, perkembangan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan peneliti karena tidak adanya peraturan mengenai de-extinction. Mereka berpendapat bahwa sains terus maju tanpa pengawasan dan tanpa mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang.
Di satu sisi, mengembalikan spesies yang punah dapat dianggap sebagai upaya kita untuk memperbaiki kesalahan manusia yang menyebabkan kepunahan tersebut.
Bioetikawan dan penasihat Colossal, Alta Charo, mengatakan dalam sebuah video dari Colossal, "Menurut saya, dire wolf benar-benar merupakan simbol harapan. Sepanjang jalan, Anda telah mempelajari semua hal yang perlu Anda ketahui untuk menyelamatkan populasi yang belum punah."
Baca Juga: Stegosaurus: Dijuluki 'Dinosaurus Terbodoh' bahkan Diklaim Punya Otak di Bokong
KOMENTAR