Nationalgeographic.co.id—Di Jerman, terletak formasi batu kapur Solnhofen yang terkenal di dunia, sebuah situs yang telah lama memukau para paleontolog dengan fosil-fosilnya yang terpelihara secara luar biasa—termasuk "burung purba" yang ikonik, Archaeopteryx.
Kekayaan geologis inilah yang menjadi panggung bagi penemuan luar biasa baru-baru ini: identifikasi Sphenodraco scandentis, reptil arboreal kecil dari Periode Jura yang kini telah memperkaya pemahaman kita tentang kehidupan purba
Kisah ini bermula hampir seabad yang lalu, ketika dua keping fosil dari organisme yang sama terpisah dan berakhir di museum yang berbeda di benua Eropa.
Namun, takdir dan kejelian seorang mahasiswa doktoral akhirnya mempertemukan kembali fragmen-fragmen yang hilang ini, membuka jendela baru menuju dunia reptil purba yang hidup berdampingan dengan dinosaurus.
Penyatuan ini bukan sekadar penyatuan fisik; lebih dari itu, ini adalah penyatuan informasi vital yang mengubah klasifikasi dan pemahaman kita tentang evolusi kelompok Rhynchocephalia, kerabat dekat tuatara Selandia Baru yang masih hidup hingga kini.
Bagaimana sebuah keberuntungan bisa mengubah pandangan ilmiah yang telah bertahan puluhan tahun, dan apa saja rahasia lain yang mungkin masih tersembunyi di balik kepingan fosil yang terpisah?
Kisah Dua Lempengan Fosil yang Menyatukan Kembali Sejarah
Kisah Sphenodraco scandentis adalah kisah yang mengharukan tentang kebetulan ilmiah dan ketekunan. Fosil reptil menyerupai kadal ini awalnya ditemukan pada tahun 1930-an dalam bentuk lempengan batu kapur Solnhofen di Senckenberg Nature Museum, Frankfurt.
Cetakan tubuh reptil kecil berkaki panjang ini, yang berusia 145 juta tahun, memiliki kemiripan yang mencolok dengan kadal modern namun sebenarnya lebih dekat hubungannya dengan tuatara Selandia Baru yang kini hidup. Selama beberapa dekade, spesimen ini keliru diidentifikasi sebagai Homoeosaurus maximiliani.
Namun, seperti dilansir laman Phys.org, takdir memiliki rencana lain. Victor Beccari, seorang mahasiswa doktoral dari Bavarian State Collection of Paleontology and Geology dan LMU Munich, membuat penemuan yang mengubah segalanya.
Saat meneliti di Natural History Museum di London, Beccari menemukan kerangka yang secara mengejutkan mirip dengan spesimen Frankfurt. Ia segera menyadari bahwa yang ada di tangannya adalah counterslab — bagian pelengkap dari fosil Senckenberg yang hilang, berisi sebagian besar tulang-tulang reptil purba tersebut.
Baca Juga: Jurassic World Rebirth: Penggambaran Sempurna dari Dilema Terbesar Sains Termasuk Dinosaurus
KOMENTAR