"Rupanya, kedua bagian fosil ini dijual secara terpisah hampir seabad yang lalu ke museum di Frankfurt dan London, tempat mereka masih bisa dilihat hingga saat ini. Namun, hubungan antara kedua lempengan tersebut hilang," jelas Beccari, penulis utama studi tersebut. "Hingga saat ini, para ilmuwan hanya mengetahui bagian Frankfurt."
Penemuan kembali bagian yang hilang ini memungkinkan para peneliti untuk merekonstruksi dan memahami sepenuhnya biologi Sphenodraco scandentis, sebuah spesies yang sebelumnya tidak diketahui oleh sains.
Sphenodraco scandentis: Sang Pemanjat Pohon dari Jura
Dengan digabungkannya kedua lempengan fosil, para ilmuwan, termasuk paleontolog SNSB Prof. Oliver Rauhut, seorang ahli reptil Solnhofen, dapat mengidentifikasi Sphenodraco scandentis sebagai spesies baru yang unik.
Fosil yang kini lengkap dari Frankfurt dan London mengungkapkan karakteristik yang membedakannya dari Rhynchocephalia lain yang ditemukan sebelumnya. Misalnya, Sphenodraco scandentis memiliki tulang anggota badan yang sangat panjang dibandingkan dengan ukuran tubuhnya yang kecil.
Perbandingan dengan kadal modern dengan struktur tubuh serupa secara kuat menunjukkan bahwa hewan ini kemungkinan besar adalah pemanjat yang ulung dan hidup di pepohonan.
Ini merupakan wawasan penting, karena para peneliti menduga Sphenodraco scandentis mungkin adalah spesies arboreal sejati pertama dari kelompok Rhynchocephalia yang pernah ditemukan.
Saat ini, hanya satu spesies Rhynchocephalia yang masih hidup yang diketahui—tuatara yang endemik di Selandia Baru. Namun, selama periode Trias dan Jura, Rhynchocephalia tersebar luas dan hidup berdampingan dengan dinosaurus di hampir setiap benua.
"Kepulauan Solnhofen dikenal dengan fauna Rhynchocephalia-nya yang kaya spesies," tambah Beccari. "Kami mengetahui ratusan kerangka reptil mirip kadal ini yang terpelihara dengan baik dan hampir lengkap dari sana. Setiap fosil baru memberi kami lebih banyak wawasan tentang evolusi dan cara hidup mereka, termasuk Sphenodraco scandentis."
Penemuan Sphenodraco scandentis tidak hanya mengisi kesenjangan dalam catatan fosil tetapi juga memberikan gambaran yang lebih kaya tentang keragaman ekologis reptil di era Mesozoikum.
Ini adalah pengingat yang kuat tentang bagaimana penemuan-penemuan tak terduga, bahkan setelah hampir seabad, dapat merevolusi pemahaman kita tentang masa lalu yang jauh.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
KOMENTAR