Nationalgeographic.co.id - Bayi sotong firaun (Sepia pharaonis) harus berusaha bertahan hidup sendiri sejak masih dalam telur. Pasalnya, sang ayah mati setelah kawin, sementara ibunya mati setelah bertelur.
Sebelum menetas, telur sotong akan berubah menjadi transparan. Dengan begitu, ia dapat melihat dan mendeteksi datangnya musuh.
Dilansir dari Kompas.com, para peneliti di University of Caen Normandy dan National Tsing Hua University berhasil menyelidiki bagaimana bayi sotong dapat bertahan hidup sendiri. Yakni, dengan menahan napas dan berharap tidak terdeteksi oleh musuh.
Baca Juga : Polusi Udara Membuat Suasana Hati Penduduk Kota Memburuk
Untuk mendapatkan hasil tersebut, para peneliti melakukan eksperimen dengan meletakkan telur-telur sotong yang transparan ke dalam kontainer bening dengan sensor.
Kontainer tersebut kemudian dimasukkan ke dalam akuarium yang berisi ikan buntal, predator alami sotong. Tak lama kemudian, kecepatan ventilasi sotong turun drastis hingga ia tampak berhenti bernapas. Namun, ini hanya terjadi ketika sotong berhadapan dengan predator.
Ketika berhadapan dengan ikan badut yang tidak memakan sotong, bayi dalam telur tampaknya merasa aman-aman saja dan tidak menahan napas.
Baca Juga : Akibat Perubahan Iklim, Korea Selatan Justru Bisa Panen Pisang
Meski begitu, para peneliti belum yakin mengenai apa yang memberi sinyal kepada bayi-bayi sotong untuk mulai mempertahankan diri: apakah karena motif pada tubuh ikan buntal atau hal lainnya?
Yang pasti, ini pertama kalinya ilmuwan membuktikan bahwa seperti manusia dan hewan bertulang belakang lainnya, hewan yang tidak bertulang belakang pun juga sudah bisa belajar melindungi dirinya sejak masih dalam kandungan atau telurnya.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR