Indonesian Institute for Clean Energy (IICE) mengajak perusahaan-perusahaan energi di Indonesia penggunaan strategi Energy + untuk membangun sistem energi terbarukan yang masih menjadi minoritas di Indonesia. Hal ini diungkapkan oleh Chairman IICE, Luluk Sumiarso, dalam presentasi energi terbarukan di Seminar Nasional Teknologi dan Bisnis Ketenagalistrikan 2011 di Bandung, Selasa (8/11).
Luluk mengatakan bahwa penggunaan energi terbarukan di Indonesia selama 20 tahun masih di bawah 5 persen. Hal ini dikarenakan adanya anggapan yang mengatakan bahwa energi terbarukan lebih mahal dibandingkan energi fosil.
"Anggapan ini kurang tepat, karena pemerintah masih subsidi energi fosil," jelas Luluk. Dengan menggunakan energi panas bumi, pemerintah dapat memotong subsidi yang diberikannya, sehingga biayanya akan lebih murah dibandingkan dengan penggunaan energi fosil.
Dalam presentasinya, Luluk mengungkapkan bahwa beberapa negara sekarang sudah mulai mengambil langkah dan menggunakan energi terbarukan. Norwegia telah menjawab tantangan perubahan iklim dan krisis energi dengan meluncurkan Energy + pada Oktober lalu. Sebenarnya, pemerintah Indonesia telah berusaha mengaplikasikan penggunaan energi terbarukan sebagai tenaga listrik, tetapi masih tersendat.
"Para pengambil keputusan, akademisi dan politikus, harus mulai menerapkan inisiatif energi bersih. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan energi fosil secara terpadu dan mulai mengutamakan energi terbarukan sebagai sumber tenaga listrik," papar Luluk yang juga merupakan mantan Dirjen Energi Terbarukan ini.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Lampung, Eni Muslihah |
KOMENTAR