Rencana translokasi salah satu badak sumatra yang ada dalam penangkaran Suaka Rhino sumatra (SRS) TN Way Kambas oleh Cincinnati Zoo, Amerika Serikat, ditentang. Direktur Yayasan Badak Indonesia (Yabi) Widodo Ramono mengatakan, populasi badak di Indonesia, khususnya Sumatra, sudah dalam keadaan kritis.
Kelahiran melalui breeding semi buatan in-situ anak badak sumatra 'Andatu' yang ada di Suaka Rhino sumatra (SRS) TN Nasional Way Kambas (TNWK) Lampung, pada tahun lalu, belum bisa dikatakan keberhasilan yang maksimal. Begitu juga, temuan anak badak liar di TNWK Seksi Wilayah Way Kanan I beberapa waktu lalu belum menunjukkan keberhasilan yang penambahan populasi badak secara terukur.
"Kita akan mempertahankan SRS sebagai pusat tempat penangkaran badak semaksimal mungkin, para LSM pendapatnya sudah sama, kalau pun misalnya pertukaran antar taman nasional, kalau ada populasi badak yang kecil sekali ya harus digabungkan dengan yang lain supaya bisa berbiak," kata Widodo, Minggu (29/09/2013).
Perwakilan LSM menyatakan bahwa mereka menghargai Cincinnati yang pernah menularkan tentang ilmu perkembangbiakan badak hingga terbukti mampu melahirkan anak badak di penangkaran SRS. Namun, bukan berarti sepakat memberikan salah satu badak pada Cincinnati Zoo.
"Kalaupun internasional mendukung pemulihan badak, kenapa tidak di sini saja (Way Kambas), kita membangun sama-sama SRS sebagai pusat perkembangbiakan badak," ujar dia.
Selanjutnya, Widodo mengatakan, jika populasi badak di Indonesia sudah berhasil diperbanyak atau kekerabatan antarbadak semakin dekat, barulah translokasi menjadi sesuatu yang wajar demi menjaga kelestarian satwa tersebut. Oleh karena itu, saat ini, pihaknya meminta pemerintah untuk menolak tegas.
"Memang wacana itu sudah pernah disampaikan individu yang dekat dengan istana Amerika Obama, tapi saya pikir pemerintah harus berpikir ulang untuk memberikan badak-badak kita," pungkasnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR