Buang air besar sembarangan ternyata masih menjadi kebiasaan sebagian masyarakat Indonesia. Data dari Bappenas RI mengatakan, sampai 2013 kurang lebih ada 42 juta masyarakat Indonesia yang masih buang air besar (BAB) sembarangan.
Jumlah tersebut tersebar di seluruh Indonesia. Berbagai hal menjadi penyebab kebiasaan ini masih dilakukan, mulai dari tidak punya toilet hingga tak terbiasa menggunakan kamar kecil. Kebiasaan ini pun menimbulkan kekhawatiran.
"Sanitasi berhubungan erat dengan kualitas air minum. Pembuangan yang dilakukan sembarangan akan menyulitkan pengolahan limbah yang dihasilkan. Akibatnya kualitas air yang dihasilkan buruk," kata Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Bappenas RI, Dedy Supriyadi Priyatna, pada konferensi pers Konferensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) 2013 di Jakarta, Jumat (18/10/2013).
Buruknya sanitasi berakibat luas pada rendahnya standar kesehatan masyarakat. Dedy mengatakan, penyakit diare menjadi indikasi buruknya sistem sanitasi. Selain diare, penyakit lain akibat buruknya sanitasi adalah cacingan.
Berdasarkan data WHO, diare merenggut 31.200 nyawa balita Indonesia tiap tahunnya. Hal serupa dikatakan data Riskesdas 2007. Menurut data ini, diare menjadi penyebab utama kematian bayi usia 29 hari-11 bulan sebesar 31,4 persen, dan balita umur 12-59 bulan sebesar 25,2 persen.
Angka ini sebetulnya bisa dicegah bila masyarakat mau mengubah prilaku BAB sembarangan. Untuk perubahan ini tentu dibutuhkan kekuatan komitmen pemerintah daerah, yang diaplikasikan pada penerapan kebijaksanaan di masyarakat. Hal ini akan perlahan mengubah kebiasaan masyarakat untuk tidak BAB sembarangan.
Untuk menghadapi kondisi ini, sanitasi menjadi isu utama yang diangkat dalam KSAN 2013. "Diharapkan pemerintah daerah kabupaten dan kota bisa menguatkan komitmen, untuk penyediaan sarana sanitasi yang layak dan mudah diakses bagi masyarakat. Penyediaan sanitasi menjadi salah satu kebutuhan dasar yang sampai saat ini masih terabaikan," kata Direktur Perumahan dan Permukiman Bappenas RI yang juga Ketua Umum KSAN 2013, Nugroho Tri Utomo.
Nugroho menambahkan, penyediaan sanitasi sebetulnya bukan hal yang sulit. Melalui Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas), masyarakat bisa gotong royong membangun sanitasi.
"Kita bisa mencontoh Surabaya yang telah mambangun STBM dan Sanimas. Investasi satu rupiah dari masyarakat bisa menghasilkan sanitasi seharga 22 rupiah. Dengan STBM dan Sanimas bisa dihasilkan air yang lebih berkualitas, sehingga kesehatan masyarakat menjadi lebih baik," kata Nugroho.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR