Nationalgeographic.co.id - Kita menghabiskan sepertiga waktu kehidupan di atas kasur. Namun, tahukah Anda? Menurut Philip Tierno, ahli mikrobiologi dari New York University, tempat tersebut bisa menjadi "kerajaan" bakteri dan jamur.
Jika berlama-lama di kasur yang penuh bakteri dan jamur tersebut, kita juga bisa sakit. Untuk mencegahnya, Tierno mengatakan, kita harus sering membersihkannya. Setidaknya, mencuci seprai seminggu sekali.
Baca juga: Gelombang Panas 1911 yang Mematikan dan Membuat Gila Banyak Orang
Manusia biasanya memproduksi 26 galon keringat di kasur setiap tahunnya. Ketika cuaca di luar ruangan sangat panas, kelembapannya menciptakan media jamur yang ideal.
Dalam studi terbaru yang menilai jumlah kontaminasi jamur di tempat tidur, para peneliti menemukan fakta bahwa bantal bulu dan sintetis berusia 1,5 hingga dua tahun, mengandung empat hingga 17 spesies jamur yang berbeda.
Bakteri dan jamur tidak hanya datang dari keringat, dahak, sel kulit mati, ekskresi vagina, dan anus kita saja, tetapi juga mikroba asing. Seperti bulu binatang, tanah, debu, serta sisa kotoran yang menempel.
Menurut Tierno, seluruh penyebab di atas akan berdampak signifikan hanya dalam waktu satu minggu.
Tempat tidur yang tidak bersih dapat memicu respons bersin. Karena sangat dekat dengan mulut dan hidung, maka ada kemungkinan juga saat kita bernapas, mikroba yang sudah mendiami kasur akan ikut terhirup.
“Meskipun sebelumnya kita tidak memiliki alergi, namun jika menghirup mikroba tadi, tubuh akan memberikan respons alergi,” paparnya.
Baca juga: Hati-Hati Tertular Depresi! Ketahui Bagaimana Cara Penularannya
Tierno menambahkan, ada alasan lain mengapa kita harus mencuci seprai seminggu sekali. Yakni, karena seprai mudah kotor dalam waktu cepat. Selain karena tingkah laku dan jumlah keringat, juga disebabkan oleh gaya gravitasi. “Gravitasi membawa debu dan kotoran menempel pada kasur,” ujar Tierno.
Satu atau dua minggu tidur di atas kasur yang penuh bakteri dan jamur bisa membuat seseorang sakit tenggorokan – terutama bagi mereka yang memiliki alergi dan penyakit asma.
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR