Nationalgeographic.co.id - Kleptomania merupakan suatu kondisi di mana seseorang terdorong untuk mencuri. Bagi mereka, mencuri dapat meningkatkan kepuasan dan kesenangan tersendiri.
Penderita kleptomania mencuri bukan karena ia membutuhkan barang tersebut atau untuk menghasilkan uang. Mereka hanya tidak dapat menahan hasrat untuk mengambilnya.
Sebelum melakukan tindakan tersebut, penderita akan mengalami kecemasan dan ketakutan. Namun, setelah berhasil mencuri, mereka akan merasa senang.
Seorang kleptomania memiliki dorongan yang kuat untuk mencuri. Mereka akan mencuri secara spontan tanpa melakukan perencanaan. Dorongan tersebut membuat penderita mencuri tanpa mengenal waktu dan tempat.
Baca Juga : Setelah Gempa Berkekuatan 7,7, Sulawesi Tengah Diterjang Tsunami
Biasanya, mereka akan mengambil barang-barang biasa dan seringkali tidak bernilai. Mereka nantinya akan menyimpan, membuang, memberikan kepada orang lain atau bahkan mengembalikannya kembali ke tempat semula secara diam-diam.
Berbeda dengan pelaku tindak kriminal, barang yang dicuri tidak akan digunakan untuk kepentingan pribadi.
Gangguan mental ini dapat dialami siapa saja tidak mengenal usia. Anak-anak, remaja, dan dewasa dapat menjadi seorang kleptomania -- meskipun memang jarang ditemukan pada orang yang lanjut usia.
Kleptomania memang dapat terjadi pada pria dan wanita. Namun, penderita kleptomania lebih sering terjadi pada wanita.
Mereka yang menderita kleptomania sering mengalami gangguan kejiwaan, seperti bipolar, gangguan kecemasan, gangguan makan, gangguan kepribadian dan penyalahgunaan zat.
Baca Juga : Melelehnya Permafrost Arktika Lepaskan Asam yang Melarutkan Batuan
Untuk menyembuhkan gejala ini, konseling atau terapi psikologis mungkin cara yang paling tepat, seperti terapi mengubah perilaku individu, terapi keluarga, dan terapi perilaku kognitif.
Orang-orang penderita kleptomania umumnya akan merasa tertekan dan bersalah setelah melakukan pencurian.
Kleptomania relatif jarang terjadi. Hanya sekitar 0,3 hingga 0,6 persen orang yang mengalami kondisi ini.
Source | : | psycology today |
Penulis | : | Nesa Alicia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR