Nationalgeographic.co.id - Rasanya tidak ada manusia yang tidak bisa hidup tanpa adanya jam. Bahkan kita semua melakukan berbagai hal berdasarkan waktu. Pertanyaan yang mungkin kita dengar setiap hari adalah "Jam berapa sekarang?", kemudian kita akan melihat jam dan menjawabnya hingga satuan menit.
Berbicara mengenai satuan menit, apakah Anda mengetahui mengapa dalam satu jam terdiri dari 60 menit? Mengapa tidak 20, 80, 100, atau jumlah lainnya? Sebelum kita mencari tahu jawabannya, ada baiknya kita mencoba memutar waktu untuk melihat runut perjalanannya.
Hipparchus dan astronom Yunani lainnya menerapkan teknik astronomi yang sebelumnya dikembangkan oleh orang Babilonia yang bermukim di Mesopotamia. Masyarakat Babilonia membuat perhitungan astromi dalam sistem sexagesimal (berdasarkan angka 60) yang mereka dapatkan dari Bangsa Sumeria yang telah dikembangkan sekitar tahun 2000 sebelum masehi.
Baca Juga : Peluru dan Nyawa: Menilik Teori Peluru Tunggal dalam Pembunuhan JFK
Walaupun tidak diketahui pasti mengapa angka 60 yang dipilih, tetapi bisa jadi angka inilah yang dianggap paling tepat dalam perhitungan, karena inilah angka terkecil yang bisa dibagi oleh lima angka puluhan sebelumnya, juga oleh angka 10, 12, 15, 20, dan 30.
Meski begitu, penunjuk waktu yang berbeda-beda jumlah waktunya dalam satu hari saat itu masih digunakan selama berabad-abad. Hingga akhirnya jam mekanik diciptakan untuk pertama kalinya di Eropa pada abad ke-14.
Eratosthenes, seorang astronom Yunani yang hidup pada sekitar 276 hingga 194 sebelum masehi menggunakan sistem sexagesimal untuk membagi sebuah lingkaran menjadi 60 bagian. Ia menggunakan sistem sexagesimal ini untuk menciptakan sistem lintang, yaitu garis-garis horizintal yang melintasi tempat-tempat tersohor di bumi pada masa itu.
Seabad kemudian, Hipparchus membuat garis-garis lintang secara sejajar dan teratur, menurut garis bumi. Ia juga menciptakan sistem garis bujur dalam 360 derajat dari utara ke selatan, dari kutub yang satu ke kutub lainnya.
Baca Juga : Suku Chambri dan Tradisi Skarifikasi, Melukai Kulit Agar Menyerupai Buaya
Dalam karyanya, Almagest (sekitar tahun 150), Claudius Ptolemaeus menjelaskan dan memperluas karya Hipparchus dengan membagi 360 derajat lintang dan bujur dalam bagian yang lebih kecil lagi. Setiap derajat dibagi menjadi 60 bagian yang dibagi lagi menjadi 60 bagian yang lebih kecil lagi.
Tampilan arloji membagi jam dalam setengah, sepertiga, seperempat, bahkan kadang dalam 12 bagian. Namun, tak pernah dalam 60 bagian. Bahkan, saat itu jam tak pernah dimengerti sebagai durasi dari 60 menit. Menit dianggap tidak praktis untuk ditampilkan pada arloji hingga mendekati akhir abad ke-16, hingga terciptanya arloji yang lebih canggih.
Source | : | Berbagai Sumber |
Penulis | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR