Bukannya Subur, Hujan Justru Membawa Kematian Untuk Gurun Ini

By Loretta Novelia Putri, Kamis, 22 November 2018 | 12:18 WIB
Gurun Atacama, Chile (Skouatroulio)

Nationalgeographic.co.id - Hujan biasanya selalu dianggap oleh orang-orang, sebagai sesuatu hal yang baik atau bagus, karena dapat memberikan kesuburan. Namun ternyata, hal itu sama sekali tidak berlaku di gurun Atacama, Cile.

D gurun paling kering dan tandus tersebut, terjadi sebuah fenomena anomali. Hujan justru membawa kematian di gurun tersebut bukannya kesuburan.

Wilayah pusat gurun Atacama diperkirakan sudah berada dalam kondisi yang sangat gersang selama 15 juta tahun terakhir. Menurut catatan, dalam 500 tahun terakhir, tidak terdapat curah hujan yang signifikan di wilayah tersebut.

Namun, itu berubah secara mendadak beberapa tahun lalu. Pada saat itu, terjadi hujan yang cukup langka pada bulan Maret dan Agustus 2015, dan berulang pada Juni 2017 lalu. Sayangnya, hujan-hujan itu justru menjadi bencana bagi ekosistem gurun.

Baca Juga : Mengapa Tangan Berkeringat Ketika Merasa Gugup? Ini Penjelasannya

Bentuk-bentuk kehidupan yang sudah berevolusi untuk bertahan di tempat gersang tersebut tidak dapat mengatasi perubahan mendadak. Pada akhirnya, hujan membawa kehidupan di Atacama pada gerbang kematian.

"Ketika hujan datang ke Atacama, kami berharap untuk melihat kesuburan yang besar dan berseminya kehidupan di sana," ucap Alberto Fairen seorang ahli astrobiologi dari Cornell University dilansir dari Kompas.com.

“Namun, peristiwa yang terjadi justru sebaliknya. Kami menemukan bahwa hujan di pusat paling gersang di Gurun Atacama menyebabkan kepunahan besar-besaran sebagian besar spesies mikroba pribumi di sana," tambahnya.

Perlu diketahui bahwa contoh tanah Atacama--yang diambil di area bernama Yungay--sebelum hujan mengguyur menunjukkan adanya 16 jenis spesies mikroba yang berbeda.

Namun, setelah peristiwa hujan aneh yang terjadi, beberapa wilayah gurun meninggalkan genangan air. Sampel tanah yang diambil setelah hujan menunjukkan populasi mikroba di Yungay mengalami kepunahan massal.

Sekitar 75 hingga 87 persen spesies mikroba menghilang. Padahal, mikroba tersebut diketahui dapat membantu kehidupan yang berkembang di bagian lain padang pasir.

"Setelah hujan, hanya ada dua hingga empat spesies mikroba yang ditemukan di laguna. Hasil kami menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa memberikan air dalam jumlah besar secara tiba-tiba pada mikroorganisme justru akan membunuh mereka dengan guncangan osmotik," papar Fairen.

Guncangan osmotik yang dimaksud oleh Fairen adalah ketika zat-zat yang terlarut di dalam cairan di sekitar sel, tiba-tiba berubah konsentrasinya. Pada gilirannya, hal tersebut dengan cepat mengubah bagaimana air mengalir melalui membran sel dan menyebabkan stres akut.

Baca Juga : Disgusting Food Museum, Pameran Makanan Menjijikkan Dari Seluruh Dunia

Biasanya, masing-masing spesies yang sudah berevolusi memiliki cara yang berbeda untuk bertahan hidup melawan tekanan tersebut. Namun, hal itu tidak berlaku pada mikroba di Yungay, Atacama.

Walaupun nasib mikroorganisme tersebut suram, penemuan yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports tersebut juga memiliki sisi positif. Sebab, para peneliti jadi mempunyai pemahaman baru mengenai bagaimana mikroba dapat beradaptasi untuk bertahan hidup di dunia alien dan tandus.

"Studi Atacama kami menunjukkan bahwa terulangnya air cair di Mars bisa berkontribusi pada hilangnya kehidupan di Mars, jika pernah ada. Itu tidak mewakili kesempatan mikrobiota tangguh untuk bersemi kembali," ucap Fairen.