(Video) Nahas, Paus Sperma Mati dengan Berbagai Sampah di Dalam Perut

By Gregorius Bhisma Adinaya, Senin, 19 November 2018 | 17:32 WIB
Proses pengeluaran sampah dari perut paus sperma. ()

Nationalgeographic.co.id - Permasalahan mengenai sampah seakan tidak pernah ada habisnya. Banjir, hingga hilangnya nyawa akibat permasalahan ini semakin bertambah seiring dengan waktu. Pada bulan September lalu, viral sebuah video ikan pari besar yang sedang berenang membelah lautan sampah di Manta Bay, Bali. Video ini kemudian seakan membuka mata masyarakat mengenai permasalahan sampah—terutama sampah plastik—di lautan.

Belum sempat ada perbaikan yang signifikan atas permasalahan ini, sebuah kabar menyedihkan kembali datang ke meja redaksi National Geographic Indonesia.

Baca Juga : Bumi Mengisap Air Laut dalam Jumlah yang Banyak, Apakah Berbahaya?

Laude M. Saleh Hanan, volunteer Yayasan Wakatobi, yang juga menjadi Ketua Badan Promosi Wakatobi, bersama dengan WWF dan Akademi Komunitas Perikanan dan Kelautan Wakatobi menemukan Paus Sperma (P. Macrocephalus) yang sudah menjadi bangkai di perairan Desa Kapota, Kecamatan Wangi Wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara.

"Kemarin minggu (18/11/2018) sekira jam 5 sore dilaporkan oleh warga setempat," ungkap Saleh Hanan.

Mereka kemudian melakukan pemeriksaan terhadap paus dengan panjang 9,5 meter ini. Setelah melakukan pemeriksaan terhadap organ dalam paus nahas ini, berbagai sampah pun ditemukan. Kantong plastik, botol plastik, tutup galon, sandal, hingga terpal pun ditemukan di dalamnya.

Lebih menyedihkan lagi, sebagian besar sampah tadi telah berubah warna. Hal ini menandakan bahwa sampah-sampah tersebut sudah berada di dalam tubuh paus ini dan mengendap dalam waktu yang lama.

Hal ini bisa saja terjadi terhadap paus yang lainnya, yang berada di perairan dalam. Mengingat sampah juga ditemukan di dalam perairan terdalam di dunia, Palung Mariana. Tidak hanya itu, ikan-ikan dan hewan laut lainnya yang menjadi makanan manusia juga mengonsumsi mikro plastik. Kemudian kita memakannya.

Baca Juga : Begpackers, Ketika Wisatawan Asing Mengemis Demi Mendapat Uang

Menurut riset, pada tahun 2050, rerata spesies laut di Bumi akan mengonsumsi plastik. Namun melihat berbagai kejadian terkait, kami takut bahwa hal tersebut tidak memerlukan waktu lama hingga terjadi. Bisa saja dalam beberapa tahun kabar buruk tersebut terjadi bila kita tidak mau mengubah perilaku kita terhadap penggunaan plastik sekali pakai.

Kami, National Geographic Indonesia mengajak sahabat-sahabat semua untuk senantiasa menjaga Bumi kita dari permasalahan sampah plastik yang kita buat. Oleh karena itu, kami tidak akan pernah bosan untuk bertanya, "Bumi atau plastik?". Dan hari ini kami mengajak sahabat-sahabat semua untuk lantang berteriak "Saya pilih Bumi!"

#BumiAtauPlastik #SayaPilihBumi