Menggunakan Bahan Bakar dari Ikan Mati, Kapal Pesiar Ini Siap Berlayar

By Gita Laras Widyaningrum, Rabu, 28 November 2018 | 16:07 WIB
Ilustrasi kapal pesiar. (den-belitsky/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id - Kapal pesiar merupakan sumber gas rumah kaca dan polusi. Namun, operator pelayaran Norwegia, Hurtigruten, mengatakan bahwa mereka sedang berusaha menyiapkan kapal dengan bahan bakar yang netral dari karbon--semuanya berkat ikan mati. Mengapa bisa begitu?

Meskipun sekilas tidak terdengar masuk akal, namun ini mungkin saja. Pasalnya, Norwegia memiliki industri perikanan yang besar. Sisa-sisa makanan yang dicampur dengan sampah organik lain--seperti ikan mati yang tidak bisa dijual dan dimasak--dapat menghasilkan sejenis bahan bakar bernama biogas.

"Yang orang lain lihat sebagai masalah, kami jadikan sumber daya dan solusi," ujar Daniel Skjeldam, pemimpin eksekutif Hurtigruten.

"Dengan mengenalkan biogas untuk kapal pesiar, Hurtigruten akan menjadi perusahaan pelayaran pertama yang menggerakkan kapal dengan bahan bakar bebas fosil," imbuhnya.

Baca Juga : Perilaku Manusia dan Dampak Sampah Plastik yang Menewaskan Hewan Laut

Membuat biogas memerlukan proses yang amat 'bau', bahkan ketika belum ditambah dengan ikan. Hasilnya berupa campuran gas berbeda yang diproduksi ketika senyawa organik terpecah tanpa oksigen. Itu akan berakhir menjadi metana dan karbon dioksida, tetapi juga ada tambahan hidrogen sulfida yang memberikan bau seperti telur busuk. Biogas juga dapat dimurnikan dan dicairkan.

Meskipun cara ini aman untuk lingkungan, tapi biogas tidak menjadi kesukaan banyak orang. Karbon dioksidanya dihasilkan dalam proses penciptaan dan jumlahnya lebih sedikit dari bahan bakar fosil tradisional. Biogas juga tidak cocok untuk setiap jenis sistem pengisian bahan bakar.

Namun, Hurtigruten bersikeras bahwa enam kapal barunya siap berlayar dengan biogas--selain menggunakan baterai dan gas alam cair. Menurut juru bicara Hurtigruten, kapal pesiar biogas pertama mereka akan melaju tahun depan. Ini menjadi bagian dari rencana mereka yang ingin bebas karbon pada 2050.

Baca Juga : Bukannya Subur, Hujan Justru Membawa Kematian Untuk Gurun Ini

Perusahaan berusia 125 tahun tersebut juga melarang penggunaan plastik sekali pakai di kapalnya agar tetap ramah lingkungan.

Alasan Hurtigruten sangat peduli terhadap dampak lingkungan adalah karena mereka kerap berlayar ke Antartika dan Arktik yang memiliki perairan 'paling murni' di dunia.

"Menjadi perusahaan pelayaran terbesar di dunia, kami tidak bisa mengabaikan tanggung jawab lingkungan yang datang bersamanya," pungkas Skjeldam.