Catatan John Allen Chau Ungkap Detik-detik Sebelum Ia Tewas Dibunuh Suku Sentinel

By Gita Laras Widyaningrum, Senin, 3 Desember 2018 | 17:36 WIB
John Allen Chau menulis surat dan catatan sebelum tewas dibunuh suku Sentinel. (Instagram John Allen Chau/allthatinteresting.com)

Nationalgeographic.co.id - Sebelum dibunuh oleh suku pedalaman di pulau terpencil di Samudera Hindia, John Allen Chau, pria asal Amerika, memiliki misi untuk menyebarkan agama Kristen. Dalam surat terakhirnya, John mengungkapkan dua hal: bahwa ia siap mati, sekaligus sangat ketakutan.

"Mungkin kalian berpikir aku gila," tulis John dalam surat yang dikirim ke orangtuanya. "Namun, aku rasa, penting untuk mengenalkan Yesus kepada orang-orang ini."

Dalam potongan-potongan surat dan catatan harian yang terdiri dari 13 halaman, John menjelaskan hal yang terjadi di hari-hari terakhirnya di Pulau Sentinel Utara. Bahwa ia mencoba memberikan kado, tetapi seorang anak laki-laki menembakkan panah ke tubuhnya. John mengekspresikan rasa takut, frustasi, dan sesekali diselingi humor.

Orang-orang yang John pilih untuk dikenalkan kepada agama Kristen, merupakan salah satu masyarakat paling tertutup di dunia. Bahkan, sangat ekstrem membatasi kontak dengan dunia luar. Selain John, mereka telah membunuh—atau mencoba membunuh—siapa pun orang asing yang mencoba memasuki pulau mereka.

Pulau Sentinel Utara berlokasi di wilayah terjauh India. Selama bertahun-tahun, pemerintah India telah menetapkannya sebagai area terlarang untuk melestarikan budaya dan suku asli yang tinggal di sana. Angkatan Laut India kerap berpatroli di perairan sekitarnya untuk memastikan tidak ada yang mendekat.

Baca Juga : Diduga Ingin Sebarkan Agama Kristen, Turis Amerika Tewas Dipanah Suku Terasing

Namun, hal tersebut tampaknya tidak menghentikan niat John untuk melaksanakan misinya. Pada akhir November lalu, pria berusia 27 tahun tersebut memberi uang kepada para nelayan agar bersedia mengantarkannya ke Pulau Sentinel Utara. John berangkat dari Pelabuhan Blair, menuju rantai pulau Andaman di tengah kegelapan.

John yang berasal dari Washington memang dikenal sebagai petualang yang ambisius. Ia gemar mendaki gunung, berkemah di tempat terisolasi, berkano, dan melihat dunia.

Lulusan Oral Roberts University ini memiliki tekad yang kuat untuk menyebarkan agama Kristen ke Sentinel Utara. Kepada teman-temannya, John mengatakan telah berusaha menjalin kontak dengan suku asli Sentinel selama bertahun-tahun. Tampaknya, ia bekerja sendiri, tanpa mewakili organisasi keagamaan mana pun. Untuk melakukan misi ini, John bahkan membawa alkitab tahan airnya.

Para nelayan yang mengantarnya, menolak mendarat di daratan Pulau Sentinel Utara. Sebab, nelayan terakhir yang tanpa sengaja terdampar di sana pada 2006, akhirnya dibunuh oleh suku Sentinel.

Tak kehabisan akal, saat mendekati bibir pantai, John langsung lompat ke arah kayak dan mengayuhnya sendiri. Usaha pertamanya ini tidak berjalan lancar.

"Dua anggota suku Sentinel bersenjata, datang mendekat sambil berteriak. Masing-masing dari mereka memiliki dua anak panah. Aku berteriak: 'Namaku John. Aku dan Jesus mencintai kalian'," tulis John dalam suratnya.