Unik, Kerangka dari Abad Pertengahan Ditemukan Memakai Sepatu Bot

By Gita Laras Widyaningrum, Kamis, 6 Desember 2018 | 11:12 WIB
Kerangka yang ditemuka di sungai Thames masih mengenakan sepatu bot. (MOLArchaeology)

Nationalgeographic.co.id - Di lumpur sungai Thames, London, kerangka aneh yang tersembunyi selama 500 tahun akhirnya mendapatkan cahaya matahari. Wajahnya menghadap ke bawah, satu tangan terangkat, dan yang paling unik: ia memakai sepasang sepatu bot kulit hitam setinggi lutut.

Sepatu bot inilah yang membuat para arkeolog bingung. Sebab, jarang sekali bisa menemukan alas kaki seperti itu. Apalagi, di dalam sungai.

"Sangat langka untuk menemukan sepatu bot dari abad ke-15," ujar Beth Richardson, dari Museum of London Archaeology (MOLA).

"Dan jarang juga bisa menemukan sepatu bot yang masih ada di pemakainya. Sebagian besar alas kaki dari abad pertengahan yang ditemukan di London, pada awalnya dibuang ke tumpukan sampah dan bertahan di sana," paparnya.

Baca Juga : Topeng Berusia 9.000 Tahun Ditemukan, Diduga untuk Ritual Pemujaan

Kerangka ini ditemukan sebagai bagian dari penggalian untuk Thames Tideway Tunnel, sebuah proyek untuk mengalihkan limbah dari sungai Thames agar terhindar dari pencemaran.

Fakta bahwa kerangka tersebut masih menggunakan sepatu bot--juga dari lokasi dan kondisi penemuannya--memungkinkan para arkeolog untuk membuat beberapa dugaan terkait kematian dan kehidupan ia sebelumnya.

Kerangka yang ditemukan di sungai Thames. (MOLArchaeology)

Sepatu bot-nya dibuat dengan baik, dijahit dengan benang rami, solnya diperkuat dan diisi dengan jenis tanaman yang tidak diketahui--kemungkinan agar sepatu tersebut lebih pas di kaki.

Ukuran sepatu yang panjang hampir selutut, menunjukkan bahwa kerangka ini dulunya mungkin bekerja di sungai sebagai nelayan atau pelaut sehingga butuh bot untuk melindungi kakinya.

Gaya hidup ini sesuai dengan model sepatu bot. Di abad ke-14 dan 15, bot bukan penanda majunya fashion, melainkan kerap dipakai sehari-hari oleh kelas pekerja.

Baca Juga : Lima Peradaban Kuno Ini Runtuh Akibat Faktor Perubahan Iklim