Isi The Great Blue Hole, Lubang Bawah Laut Kedua Terdalam Dunia Terungkap

By Gregorius Bhisma Adinaya, Selasa, 11 Desember 2018 | 09:55 WIB
The Great Blue Hole, Belize. (hartmanc10/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id - Anda mungkin sudah pernah mendengar The Great Blue Hole, atau bahkan mungkin pernah mengunjungi lubang bawah laut ini, tapi apakah Anda tahu apa isi dari lubang bawah laut terdalam kedua di dunia ini?

Lubang raksasa yang terletak di 70 km pesisir Belize, Amerika Serikat ini pernah diteliti dan didokumentasikan oleh Jacques Cousteau, ahli biologi kelautan pada tahun 1971. Jacques Cousteau kemudian mengatakan bahwa situs ini adalah sati dari lima situs menyelam terbaik di dunia.

Setelah itu situs dengan panjang 318 meter dengan kedalaman 125 meter ini menjadi sangat populer bagi para penyelam.

Baca Juga : Ilmuwan Gunakan Virus untuk Membuat Komputer Beroperasi Lebih Cepat

Tidak hanya kedalamannya yang membuat The Great Blue Hole terkenal. Letaknya yang berada di tengah terumbu karang terbesar kedua di dunia—Belize Barrier Reef—juga membuat namanya semakin dikenal.

Bahkan UNESCO mengukuhkannya sebagai situs warisan dunia.

Di balik nama besarnya, The Great Blue Hole masih menyisakan misteri. Belum ada yang pernah menyentuh dasar lubang yang diperkirakan terbentuk sejak akhir zaman es ini.

Baca Juga : Menyembuhkan Paru-paru yang Rusak Akibat Merokok, Mungkinkah?

Richard Branson, pendiri Virgin Group pun tertarik untuk memecah misteri ini. Branson dan Fabien Cousteau, cucu dari Jacques Cousteau, bersama para ahli akhirnya menyelami The Great Blue Hole.

Dengan menggunakan kapal selam, Branson dan tim pun mampu mengalahkan kedalaman maksimal yang bisa dijelajah oleh para penyelam sebelumnya, yakni melebihi 40 meter.

Selain menjadi orang-orang pertama yang menyelami dasar The Great Blue Hole, mereka juga menjadi pihak yang memiliki gambar dengan resolusi tinggi mengenai isi dari lubang raksasa ini.

Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini, para peneliti kemudian mengumpulkan dan menganalisis data ilmiah mengenai kualitas air dan bakteri yang ada di sana. Mereka juga menemukan fakta bahwa di dasar lubang tersebut hanya tersedia sedikit kandungan oksigen.

Bahkan sedimen dalam The Great Blue Hole mampu menunjukkan periode kekeringan ekstrem yang terjadi selama abad ke-10, yang mungkin ikut ambil bagian dalam runtuhnya peradaban suku Maya pada 800 hingga 1.000 SM.

Tim juga menemukan fakta bahwa The Great Blue Hole tidak selalu terendam air laut. Bukti ini didapatkan dari adanya stalaktit besar di dinding bagian selatan. "Ini juga membuktikan bahwa permukaan laut dulunya jauh lebih rendah dan naik secara dramatis karena perubahan iklim," ucap Branson.

Penyelaman ini memiliki misi yang lebih dalam dibandingkan hanya sekadar menyentuh dasar The Great Blue Hole. Branson mengatakan bahwa hal ini untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai konservasi laut. Tidak hanya itu, ia juga ingin masyarakat sadar dan ikut membantu melindungi 30 persen lautan pada tahun 2030.

Baca Juga : Menyatukan Kepingan Penyusun Kehidupan pada Awal Terbentuknya Bumi