Nationalgeographic.co.id - Perkembangan smartphone sangat maju dalam beberapa tahun terakhir. Namun, banyak orang mulai lelah dengan baterai yang cepat habis dan setidaknya perlu dicas sehari sekali. Bayangkan jika ada baterai yang hanya perlu diisi ulang satu kali seminggu. Sangat memudahkan, bukan?
Impian tersebut semakin dekat dengan kenyataan berkat para peneliti dari berbagai institusi. Mereka berfokus kepada fluoride yang bisa menampung lebih banyak daya (sebelumnya kebanyakan baterai berasal dari lithium-ion).
Sejauh ini, para peneliti telah berhasil membuat cairan baterai fluoride yang dapat diisi ulang di suhu ruangan yang biasa kita tempati. Terobosan ini dilaporkan dalam jurnal Science.
Baca Juga : Aliran Listrik Sebagai Obat, Pendekatan Radikal Dunia Kedokteran
Penggunaan fluoride pada baterai mengalami beberapa tantangan dalam beberapa tahun. Pada 1970-an, baterai berbahan dasar fluoride pernah dibuat, tapi mereka membutuhkan suhu yang sangat tinggi sehingga tidak dapat digunakan dalam perangkat sehari-hari.
Namun, karena manfaatnya yang besar, para ilmuwan pun pantang menyerah untuk menelitinya hingga saat ini.
"Baterai fluoride memiliki kepadatan energi yang lebih tinggi. Artinya, mereka dapat bertahan lebih lama–delapan kali lipat dari baterai yang digunakan saat ini," kata Profesor Robert Grubbs, ahli kimia dari California Institute of Technology dan penerima Nobel di bidang Kimia pada 2005.
"Meski begitu, fluoride bisa sangat sulit ditangani karena ia bersifat korosif dan reaktif," imbuhnya.
Baterai bekerja dengan memindahkan sejumlah atom ke arah tertentu. Ia kemudian mengumpulkan energi dan melepaskannya ketika muatan tersebut bergerak di antara elektroda dalam larutan cair yang dikenal sebagai elektrolit.
Victoria Davis, pemimpin studi dari University of North Carolina, mampu menemukan pelarut yang dapat digunakan dengan flouride. Elektrolit tersebut dikenal dengan bis(2,2,2-trifluoroethyl)ether atau BFTE, dan telah berhasil menjaga ion fluoride tetap stabil.
Baca Juga : Menggunakan Ponsel di Pesawat Aman, Tapi Mengapa Tetap Tidak Boleh Menelepon?
"Untuk baterai yang lebih tahan lama, Anda perlu memindahkan muatan dalam jumlah besar, dan ini sangat sulit. Namun, hasil serupa dapat dicapai dengan menggerakan beberapa anion bermuatan tunggal. Ini membuat sistem bekerja dengan tegangan yang biasa digunakan. Dalam studi terbaru, kami menunjukkan bahwa anion perlu diperhatikan lebih lanjut dalam pembuatan baterai karena ia dapat bekerja pada tengangan yang cukup tinggi," papar Simon Jones, wakil pemimpin peneliti.
Saat ini, para peneliti telah melakukan simulasi untuk mengubah elektrolit, serta meningkatkan kinerja dan stabilitas fluoride. Dalam beberapa tahun mendatang, mungkin penggunaan flouride pada baterai, mungkin akan menjadi hal biasa.