2019 Akan Menjadi Tahun Terpanas, Apa yang Terjadi pada Tubuh Ketika Kepanasan?

By Gregorius Bhisma Adinaya, Sabtu, 5 Januari 2019 | 09:00 WIB
Ilustrasi pingsan karena serangan panas. (abadonian/iStock)

Nationalgeographic.co.id - Berdasarkan data Climate Predicition Center di National Oceanic and Atmospheric Administration, 80% El Nino penuh telah dimulai dan akan berlangsung setidaknya hingga akhir Februari 2019.

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Geophysical Research Letters ini mengungkap bahwa dampak El Nino semakin memburuk dalam beberapa tahun terakhir akibat perubahan iklim.

"Dengan El Nino, sangat mungkin 2019 menjadi tahun terpanas," ujar Samantha Stevenson, ilmuwan iklim di University of California, Santa Barbara.

Baca Juga : Sering Sakit? Lakukan Hal Ini untuk Meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh

Dengan suhu udara belakangan ini saja, banyak masyarakat di Indonesia sudah mengeluhkan panas yang dirasakan. Rasa pening seringkali menghampiri mereka. Padahal penduduk di Indonesia sebenarnya sudah terbiasa dengan suhu di sekitar garis Khatulistiwa.

Rupanya rasa pening yang dikeluhkan ini memang berkaitan dengan suhu udara yang tinggi. Tubuh kita memiliki batas suhu panas yang bisa ditahan. Bila melewati batas tersebut, maka seperti mobil, tubuh akan mengalami overheated dan akan muncul beberapa masalah.

Terkait dengan ketahanan terhadap cuaca yang panas, lansia dan anak kecil adalah orang-orang yang paling mudah terkena dampaknya.

Jaiva Larsen, asisten profesor Rumah Sakit Banner, Arizona, mengatakan ketika seseorang kepanasan, tubuh akan menjaga suhu Anda pada temperatur di mana enzim bekerja optimal. Enzim adalah protein yang dapat mempercepat reaksi kimia pada tubuh Anda.

Untuk membuat Anda tetap berada pada suhu yang seharusnya, tubuh akan akan mengeluarkan keringat untuk pendinginan. Selain itu pembuluh darah akan membesar.

Baca Juga : Ketika Matahari 'Bersin', Maka Satu Kota di Bumi pun Akan Lumpuh

Namun hal ini seringkali tidak disadari. Kita hanya menganggapnya sebagai hal yang biasa. Padahal ketika banyak keringat yang dihasilkan, artinya Anda semakin dekat dengan dehidrasi. Dampaknya adalah keseimbangan elektrolit akan terganggu. Anda pun akan mengalami kejang dan masalah lainnya.

Demam, sakit kepala, meracau, dan tubuh mudah lelah adalah beberapa dampak dari terganggunya keseimbangan elektrolit. Larsen menyarankan untuk segera berkonsultasi ke dokter bila tanda-tanda tersebut mulai dirasakan.

Lantas apa yang harus kita lakukan bila kita tetap harus beraktivitas di tengah sengatan panas ini? Hal yang paling penting adalah cukupi kebutuhan cairan dengan minum dalam jumlah cukup. Kemudian perhatikan juga pakaian yang ingin Anda kenakan, hindari yang berwarna gelap dan tebal.