Zeptodetik, Satuan Waktu Terkecil yang Mengalahkan Nanodetik

By Gregorius Bhisma Adinaya, Jumat, 25 Januari 2019 | 10:00 WIB
Ilustrasi kecepatan. (EzumeImages/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeograohic.co.id - Apa yang menurut Anda layak diberi gelar sebagai "tercepat"? Apakah pesawat tempur X-15 milik Amerika yang mampu mencapai 6,72 kali kecepatan suara? Atau kilatan petir?

Sebuah hal bisa dikatakan menjadi yang tercepat tentu ketika ia lulus uji ukur kecepatan. Saking cepatnya, banyak hal kemudian disematkan dengan satuan milidetik, bahkan nanodetik.

Milidetik setara dengan seperseribu detik, dan nanodetik sama dengan sepersejuta detik. Sangat cepat? Hal ini belum seberapa bila dibandingkan dengan zeptosecond atau zeptodetik, yang setara dengan sepermiliar detik.

Baca Juga : Penampakan Pertama dari Hotel Luar Angkasa yang Akan Diluncurkan Pada 2021

Fisikawan laser Munich, Jerman, menembakkan pulsa sinar ultraviolet ekstrem pada sebuah atom helium untuk membangkitkan dan membuat salah satu elektron terlepas. Proses ini disebut dengan proses photoemission. Dalam waktu yang bersamaan, mereka menembakkan laser inframerah untuk mendeteksi elektron saat meninggalkan atom.

“Elektron menjadi semakin cepat atau lambat bergantung pada medan magnet dari laser ini saat proses deteksi. Melalui perubahan kecepatan, para fisikawan mampu mengukur photoemission," tulis tim Technical University of Munich dalam siaran persnya.

Dalam proses ini, kemudian terukur kecepatan photoemission dalam satuan yang lebih kecil dari nanodetik, yakni zeptodetik.

Eksperimen ini memungkinkan para ilmuwan untuk memahami berapa besar energi dari foton yang disalurkan antara dua elektron dalam atom helium, pada momen sebelum salah satu elektron terpental keluar.

Peristiwa yang terjadi dalam waktu singkat itu memungkinkan ilmuwan untuk lebih memahami perilaku kuantum pada atom.

Baca Juga : Hujan Deras Disertai Petir, dan Hujan Tak Kasatmata di Dalamnya

Martin Schultze, fisikawan laser dari Ludwig Maximilian University of Munich mengatakan bahwa ada banyak hal yang berakar pada interaksi individual elektron, tetapi kita sering melihatnya secara kolektif.

“Jika kita benar-benar ingin mengembangkan pemahaman mikroskopis atom, pada tingkat paling dasar, kita harus memahami bagaimana elektron berinteraksi satu sama lain,” pungkasnya.