Ketangguhan Haenyeo, Para Penyelam Perempuan di Pulau Jeju

By Gita Laras Widyaningrum, Minggu, 27 Januari 2019 | 12:00 WIB
Para penyelam perempuan di Pulau Jeju. (Mijoo Kim/sbs.com.au)

Nationalgeographic.co.id - Selain keindahan alamnya, Pulau Jeju di Korea Selatan terkenal akan ‘putri duyungnya’. Mereka adalah para penyelam perempuan yang biasa disebut haenyeo. Tidak seperti nelayan yang pergi ke laut menggunakan kapal, para haenyeo menyelam tanpa bantuan alat spesial apa pun.

Yang mereka butuhkan hanyalah pelampung untuk menandai lokasi saat muncul ke permukaan, sebuah cangkul untuk menggali abalone dan jenis kerang lainnya yang menempel di bebatuan, serta jaring untuk mengumpulkan hasil tangkapan mereka.

Baca Juga : Kisah Janda-janda di India yang Ditelantarkan dan Dianggap Sebagai Nasib Buruk

Mengenakan jaket pelampung yang berat dan kacamata renang, mereka menyelam ke kedalaman 20 meter dan tinggal di bawah sana selama dua hingga tiga menit sambil menahan napas. Tidak ada yang menggunakan tabung oksigen. Para hanyeo sudah sangat terbiasa dengan kehidupan di bawah laut sehingga mereka layak mendapat julukan putri duyung.

Saat muncul kembali ke permukaan, penyelam perempuan mengeluarkan suara seperti siulan. Itu merupakan cara unik mereka untuk mengeluarkan karbon dioksida dan menghirup oksigen segar.

Para perempuan tangguh

Secara umum, kebanyakan orang Korea menginginkan anak laki-laki. Sebab, hanya laki-laki yang bisa menjadi kepala keluarga. Namun, hal ini tidak berlaku di Pulau Jeju. Di sana, kelahiran anak perempuan dianggap sangat berharga. Banyaknya perempuan yang bekerja dari pagi hingga malam membuat mereka memiliki tempat spesial dalam masyarakat Jeju.

Di masa lalu, anak-anak perempuan di pulau mulai mengumpulkan kerang atau abalone sejak berusia sepuluh tahun. Mereka akan menyelam selama enam hingga tujuh jam per hari, dan tetap melakukan pekerjaan pertanian. Rutinitas yang biasa dilakukan adalah bekerja di pertanian, menyelam, lalu kembali lagi ke sawah.

Karena kehidupan sehari-hari yang melelahkan, penyelam perempuan memiliki ungkapan: “Lebih baik lahir sebagai sapi daripada perempuan”. Namun, bukan berarti kehidupan para haenyeo tidak bahagia sama sekali.

Saat istirahat, para penyelam perempuan biasanya saling mengobrol. (jejuweekly.com)

Kebanyakan haenyeo di Jeju sudah berusia lanjut. (Hyung-sun Kim)

Beberapa yang ditampilkan di Museum Haenyeo. (visitkorea.or.kr)

Cara terbaik yang bisa dilakukan saat mengunjungi museum ini adalah dengan melihat galerinya. Galeri 1 di lantai pertama menampilkan cara hidup para haenyeo. Anda akan melihat bentuk rumah, peralatan rumah tangga yang biasa mereka gunakan, serta makanan yang biasa dikonsumsi.

Di lantai dua (Gallery 2), terdapat ruang pameran seputar kehidupan pekerjaan mereka – menampilkan alat dan pakaian yang digunakan saat menyelam. Pada galeri ini juga diperlihatkan kontribusi haenyeo dalam mengampanyekan gerakan anti jepang.

Baca Juga : Whatsapp Ulang Tahun dan Bagi-bagi Hadiah? Pahami Cara Berita Hoax Mengelabuhi Anda

Setelah menikmati beberapa waktu di lantai dua, naik tangga spiral yang mengantarkan Anda ke lantai tiga. Di sana, terdapat area observasi yang menghadap laut sehingga Anda bisa menikmati pemandangan di sekitar Jeju.

Sementara itu, di luar museum terdapat area terbuka dengan halaman berumput dan patung-patung. Termasuk monumen yang dibangun untuk menghormati para penyelam perempuan.

Museum Haenyeo merupakan sumber informasi terbaik mengenai para penyelam perempuan dam industri perikanan di pulau tersebut. Selain bisa menambah wawasan, pemandangan dan arsitektur indah dari museum ini patut Anda nikmati.