Preeklampsia, Komplikasi Kardiovaskular Penyebab Kematian Ibu Hamil

By Rahmad Azhar Hutomo, Senin, 4 Februari 2019 | 09:30 WIB
Diwarnai untuk menunjukkan perubahan dalam struktur mereka, irisan-irisan plasenta tikus ini menawarkan petunjuk menuju preeklampsia, kondisi maternal yang serius. (Foto (komposit beberapa gambar): Suchita Nadkarni, William Harvey Research Institute, Queen Mary University of London; Neil Dufton.)

Nationalgeographic.co.id - Setiap hari, ratusan wanita meninggal saat hamil atau bersalin. Statistik yang dianggap “terlampau tinggi” oleh WHO ini mencerminkan masalah semua negara. Di Amerika Serikat, kematian bahkan meningkat tajam pada dua dekade terakhir.

Penyebab utamanya adalah komplikasi kardiovaskular yang disebut preeklampsia. Ditandai dengan tekanan darah tinggi, pembengkakan, serta kelebihan protein pada urine ibu.

Baca Juga : Memanfaatkan Bakteri Penghasil Listrik untuk Membuat Baterai

Meski dapat ditangani, tapi preeklampsia telah mengakibatkan banyak kematian dan kelahiran prematur. Suchita Nadkarni, ahli imunologi Queen Mary University of London, mengungkapkan, komplikasi tersebut memang menjadi penyebab utama kematian ibu dan janin di seluruh dunia. 

Hasil penelitian Nadkarni menemukan fakta bahwa preeklampsia hingga kini hanya dapat diidentifikasi pada trimester kedua atau ketiga.  

Dalam studi tersebut, Nadkarni juga mempelajari plasenta. Organ ini tumbuh pula di rahim mamalia yang hamil, untuk memberi makan janin—namun hanya bisa berfungsi baik jika sistem kekebalan tubuh bekerja.

Saat Nadkarni mengubah sistem itu pada tikus percobaan, pembuluh darah yang vital (berwarna merah di tepi irisan satu sampai lima di bawah) menjadi tak normal (irisan enam sampai sembilan).

Baca Juga : Dimodifikasi, Ayam Ini Hasilkan Telur dengan Kandungan Obat Antikanker

Kehamilan adalah hal yang luar biasa dan menakjubkan,” ungkap Nadkarni. 

“Jika kita bisa lebih memahami bagaimana fungsi sistem kekebalan tubuh, kita bisa mempertanyakan mengapa sistem itu tidak bekerja saat preeklampsia menyerang,” pungkasnya. 

Penulis: Catherine Zuckerman