Nationalgeographic.co.id - Sampah antariksa misterius terlihat mengelilingi Bumi dalam orbit yang tidak menentu dan tidak biasa. Objek yang dikenal dengan nama A10bMLz ini kerap disebut sebagai "kantung sampah kosong" karena bentuknya seperti plastik yang melayang di tengah angin.
A10bMLz pertama kali dilihat oleh survei ATLAS di Hawaii dan Zwicky Transient Facility di Gunung Palomar pada 25 Januari lalu.
Keesokan harinya, Northolt Branch Observatories yang berada di London, kemudian juga menangkap objek yang berjarak 293 kilometer dari permukaan Bumi tersebut.
Menurut para peneliti, objek seperti kantung plastik ini sudah pernah terlihat sebelumnya, tapi tidak dengan jarak seperti sekarang.
Baca Juga : 5 Mutasi Gen Teraneh yang Terjadi pada Manusia
Meski manusia kerap membuang sampah pada tempat-tempat yang tidak seharusnya, tapi kita boleh tenang karena A10bMLz bukanlah kantung plastik yang sebenarnya. Ia hanyalah sepotong kecil sampah antariksa dari hasil buatan manusia–semacam kertas logam yang terlepas saat misi peluncuran roket.
"Pada titik tertentu, sepertinya ia akan menghantam Bumi pada Juli 2019. Namun, segala usaha untuk memprediksi jalurnya di masa depan, masih sia-sia," kata Daniel Bamberger dari Northolt Branch Observatories.
"Objek tersebut terakhir kali terlihat pada 27 Januari oleh Peter Birthwhistle dari Great Shefford Observatory. Cahayanya jauh lebih redup dari yang diperkirakan pada pengamatan sebelumnya," imbuhnya.
Bumi sendiri dikelilingi oleh 500 ribu sampah luar angkasa, sekitar 20 ribu-nya lebih besar dari bola baseball. Sampah-sampah tersebut mengorbit planet dengan kecepatan hingga 28.100 kilometer per jam.
Badan luar angkasa dunia sudah melakukan pekerjaan yang cukup baik dengan melacak keberadaan sampah antariksa. Namun, potongan-potongan kecil seringkali tidak terlacak.
"A10bMLz merupakan objek kecil dan terang yang sering disebut sebagai 'Objek Kantung Sampah Kosong'. Melihat dari kadar terangnya, kemungkinan ia hanya beberapa meter dari Bumi dan memiliki berat di bawah satu kilogram," tulis peneliti Bill Gray dalam situs Project Pluto.
Baca Juga : Gempa Palu Resmi Dinyatakan Sebagai Fenomena Supershear Langka
Kebanyakan sampah antariksa tidak berbahaya, tapi mereka juga dapat menimbulkan masalah nyata. Sebagai contoh, pada Agustus 2016, sepotong puing menyebabkan lubang sebesar 40 sentimeter pada satelit Copernicus Sentinel-1A milik European Space Agency (EPA).
Namun, tenang saja, menurut peneliti, A10bMLz tidak akan menyebabkan bahaya seperti itu.