Sihir Taman-Taman Pelesiran Ningrat di Nusantara

By Mahandis Yoanata Thamrin, Senin, 18 Maret 2019 | 18:16 WIB
Taman Sunyaragi di Kesultanan Cirebon, Jawa Barat. (Wilsen dalam )

 

Nationalgeographic.co.id—Pesona taman telah menghias berbagai kerajaan di Asia, dari Persia, India, hingga timur jauh seperti Cina dan Jepang. Selama berabad-abad, taman telah digunakan tidak hanya penghias permukiman, tetapi juga memberikan makna estetik sebagai tempat hiburan. Lebih jauh, taman pun bisa bermakna filosofis sebagai tempat meditasi yang menghubungkan si penghuni dengan dunia makrokosmos.

“Akan sangat menarik apabila taman-taman seperti itu terdapat di Asia Tenggara,” demikian Denys Lombard mengungkapkan dalam Jardin à Java di jurnal Art Asiatiques pada 1969. Dia sohor sebagai cendekiawan asal Prancis. Pada periode 1994-1998, dia menjabat Direktur The École française d'Extrême-Orient, sebuah lembaga yang didedikasikan untuk studi masyarakat di Asia. 

Asia Tenggara merupakan sebuah wilayah di mana ada kemungkinan India dan Cina memberikan  pengaruh di wilayah ini. Pasalnya, kawasan Asia Tenggara berlokasi di jalur perdagangan laut yang ramai sejak kemasyhuran Kerajaan Sriwijaya sekitar abad ketujuh.

“Saya tidak menemui keberadaan taman-taman hiburan di Malaka abad ke-15 dan utara Sumatra abad ke-17,” ungkapnya. Namun dia melanjutkan, “di Jawa situasinya berbeda. Sebagian remah-remahnya yang selamat telah membantu kita dalam melukiskan kesimpulan yang lebih akurat.”

Untaian taman penting yang dimaksud Lombard terletak di Jawa dan Bali. Berawal dari barat hingga tengah Jawa: Tasikardi di Banten, Sunyaragi di Cirebon, Tamansari di Yogyakarta, dan Sriwedari di Surakarta. Kemudian berlanjut ke Bali: Ujung di Karangasem, dan terakhir di Lombok: Narmada.  Semuanya enam lokasi!

TASIKARDI merupakan sebuah danau buatan seluas sekitar lima hektare dengan pulau di tengahnya sebagai tempat rekreasi keluarga Sultan. Tepi danau ini dikelilingi oleh batu bata. Lokasinya sekitar sepuluh kilometer dari Kota Serang, Banten. Dalam bahasa Jawa, “Tasikardi”  bermakna “Laut dan Gunung”.

Lombard menduga tampaknya danau itu dibangun pada masa Sultan Ageng Tirtayasa, yang bertakhta di Banten pada abad ke-17. Air dari danau ini dialirakan menuju ke Keraton Surosowan lewat pipa-pipa terakota dengan teknologi penyaringan dan penjernihan. SUNYARAGI berlokasi di Kasultanan Cirebon, Jawa Barat. Terdapat tiga takhta sultan di kota ini: Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan. Lokasi Sunyaragi berada di antara Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman di Cirebon.

Tempat rekreasi para kerabat sultan ini berupa taman dan bukit-bukit artifisial yang terbuat dari kombinasi batu karang dan bangunan.  Di taman Keraton Kanoman pengunjung bisa menyaksikan bangunan besar tinggalan permukiman awal di Cirebon. Sedangkan di Keraton Kanoman, sebuah gua buatan sebagai tempat beristirahat dan meditasi bagi Sultan.

Pulo Kenanga dalam kompleks Tamansari, Keraton Yogyakarta, sebelum gempa bumi besar pada 1867. (Geschiedenis van Nederlands Indie)

TAMANSARI masih berada dalam tembok Keraton Yogyakarta. Tepatnya di sisi barat laut Keraton. “Tamansari” bisa juga diartikan sebagai “Taman Mewangi”. Sementara, para pencatat asal Belanda menyebutnya “Waterkasteel”—puri di tengah kolam.

Sebuah bangunan bernama Pulo Kenanga, menyeruak di tengah kolam Segaran. Bangunan ini dan sebuah masjid dihubungkan dengan jalan bawah air menuju ke sebuah kawasan di kolam pemandian para putri-putri bangsawan. Tamansari dibangun pada 1758 ketika Sultan Hamengkubuwana I bertakhta.

Pada abad ke-19 dibangun pula Balekambang Ambarukmo. Sehamparan taman lengkap dengan pendapa, kolam, dan rumah peristirahatan. Berlokasi di antara Jalan raya Yogyakarta-Surakarta. SRIWEDARI dibangun pada awal abad ke-20 oleh Pakubuwana X dari Kasunanan Surakarta. Taman ini disjuluki warga sebagai “Kebon Raja” yang bermakna taman sang raja. Dahulu, menurut Lombard, taman ini penuh dengan pesona bebungaan nan mewangi dan sejumlah satwa peliharaan sang raja.