Fase berikutnya ditandai adanya gejala demam. Pada saat sudah menggejala dikenal tiga fase sakit: fase demam (febril, 3-4 hari), fase kritis (4-7 hari), dan fase pemulihan selama tujuh hari juga.
Fase demam terjadi pada 3-4 hari pertama setelah ada gejala, ditandai dengan gejala demam mendadak tinggi, sakit kepala, nyeri di belakang bola mata, sakit atau linu pada otot dan tulang, mual dan muntah. Saat diobati, gejala akan mereda tetapi biasanya tidak hilang tuntas. Gejala akan perlahan membaik saat pasien memasuki fase kritis.
Fase kritis adalah fase setelah hari ke-4 sampai hari ke-7. Saat memasuki fase kritis, pasien relatif sudah terlihat lebih baik tetapi proses infeksi masih terjadi di dalam tubuh. Pada fase ini akan terjadi perubahan ukuran pori pembuluh darah menjadi lebih besar yang menyebabkan terjadinya kebocoran pembuluh darah. Pasien dapat mengalami penurunan tekanan darah bahkan sampai mengalami syok.
Pada saat yang sama juga terjadi penurunan trombosit, yaitu sel darah yang berperan dalam proses pembekuan, yang menyebabkan risiko perdarahan pada pasien. Pengobatan pada fase ini bersifat suportif, yakni pemberian cairan yang cukup dengan memperhitungkan kebutuhan pasien sehingga tidak terjadi kelebihan cairan dan pemantauan risiko perdarahan. Bila kedua hal tersebut tidak terpantau secara baik maka risiko kematian akan meningkat.
Fase pemulihan terjadi setelah hari ke-7. Pada fase ini, virus akan mengalami apoptosis (kematian sel) dan proses perbaikan dalam tubuh terjadi secara spontan termasuk kenaikan trombosit dan perbaikan bocornya pembuluh darah. Pada fase ini dapat terjadi suatu keadaan yang dikenal sebagai rash penyembuhan, yaitu kemerahan di tangan dan kaki yang disertai rasa gatal. Rash penyembuhan ini tidak selalu terjadi pada pasien.
Upaya deteksi bahaya dan cara mencegah
Dalam merawat pasien, Badan Kesehatan Dunia saat ini memperkenalkan suatu pendekatan yang dikenal sebagai warning sign. Terdapat berbagai gejala yang dapat dikenali secara dini sebelum pasien jatuh pada kondisi yang berat, diantaranya: adanya gangguan organ seperti gangguan fungsi hati yang berat, tidak sadar, adanya perdarahan secara tiba-tiba (seperti mimisan), dan penurunan kadar trombosit secara cepat. Bila ditemui tanda-tanda tersebut, dokter perlu meningkatkan kewaspadaan dalam merawat pasien.
Upaya pencegahan demam berdarah mencakup upaya menjaga kebersihan lingkungan secara terus menerus dengan menggunakan konsep 3M Plus yang telah dikenal luas di masyarakat Indonesia. Tiga M meliputi: menguras, menutup, dan mengubur wadah air yang mendukung siklus hidup nyamuk. Ditambah dengan upaya pencegahan seperti memakai obat nyamuk dan tidak menggantung pakaian yang bisa jadi rumah nyamuk. Upaya pemberantasan nyamuk dewasa dengan penyemprotan juga tetap perlu dilakukan.
Selain itu, vaksin demam berdarah juga bisa menjadi pilihan, terutama pada kasus yang sesuai indikasi pemberiannya. Kita berharap angka kematian akibat demam berdarah tidak lagi menanjak.
Penulis: Erni Juwita Nelwan, Associate Professor at Tropic and Infectious Disease Department, Universitas Indonesia
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.