Nationalgeographic.co.id - Ketika memasuki usia-usia produktif, kita seringkali mulai memikirkan posisi kita sebagai seorang manusia dan rencana kita di masa depan.
Namun, jika terdapat konflik dalam diri yang membuat kita mulai mempertanyakan mengenai keberadaan kita dalam hidup ini hingga memengaruhi pikiran bahkan kehidupan pribadi, maka kita sedang mengalami krisis identitas.
Baca Juga : Pembangunan New Yogyakarta International Airport Capai 53 Persen
Krisis identitas bisa disebabkan oleh tekanan hidup yang mengakibatkan stres atau depresi–baik karena masalah di rumah dengan orang tua, kehilangan pekerjaan, kehilangan orang yang dicintai, atau peristiwa traumatis lainnya.
Ciri-ciri uatama dari krisis identitas adalah selalu mempertanyakan siapa diri kita dan sering dikaitkan dengan hampir seluruh aspek kehidupan (pekerjaan, percintaan, keluarga, dsb). Pertanyaan ini kemudian dapat mengubah cara pandang terhadap diri kita sendiri.
Pertanyaan yang dipikirkan biasanya mendorong kita untuk segera mencari tahu lebih dalam mengenai arti dan tujuan hidup. Perubahan besar (baik disadari atau tidak) yang memengaruhi perasaan dan kehidupan pribadi kita juga dapat menjadi ciri identitas.
Jika tidak diatasi, maka krisis ini dapat memengaruhi cara pandang kita yang berdampak kepada keputusan sehari-sehari.
Baca Juga : Rahasia Hibernasi Kura-kura di Bawah Es: Bernafas Melalui Pantat
Carilah kegiatan menyenangkan yang dapat membantu menyemangati diri dalam menjalani hidup. Misalnya, melakukan kegiatan sosial atau menemukan hobi baru.
Selain itu, penting juga untuk menjalin pertemanan seluas-luasnya serta mendapatkan dukungan dari orang sekitar kita. Adanya dukungan dari mereka dapat memberi energi postif yang mampu meredam stres dalam diri kita.