Sejarah Tahun Kabisat, Sejak Kapan Februari Memiliki 29 Hari?

By Gregorius Bhisma Adinaya, Rabu, 27 Februari 2019 | 07:00 WIB
Bulan Februari pada tahun kabisat terdiri dari 29 hari. (IRINA KROLEVETC/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id - Bulan Februari memasuki hari-hari terakhirnya. Bagi Anda yang menyadarinya, bulan Februari di tahun 2019 ini terasa tidak lengkap. Bila Anda berpikir bahwa karena tahun ini adalah bukan tahun kabisat sehingga Februari hanya memiliki 28 hari, Anda benar!

Bulan ini hanya berakhir pada tanggal 28. Lantas apa istimewanya tanggal 29 Februari yang "hilang" tahun ini? Untuk mengetahui keistimewaannya, ada baiknya kita terlebih dahulu tahu sejak kapan ia ada.

Munculnya tanggal 29 Februari berkaitan dengan perjalanan manusia memahami pergerakan benda-benda langit saat itu yang menjadi acuan serta waktu.

Baca Juga : Mengapa Kita Cenderung Ingin Mendengarkan Lagu Galau Ketika Sedih?

Peradaban Sumeria memiliki kalender sederhana. Dalam satu tahun terdiri dari 360 hari dan setiap bulan terdiri atas jumlah hari yang sama, yakni 30 hari. Sistem kalender Sumeria itu kemudian diadopsi oleh Mesir Kuno.

Seiring dengan perjalanan waktu, masyarakat Mesir Kuno menyadari adanya kesalahan dalam sistem penanggalan Sumeria. Lantas mereka menambahkan lima hari dalam satu tahunnya, sehingga dalam satu tahun berjumlah 365 hari.

Ribuan tahun setelah sistem penanggalan ini berubah, Kaisar Julius Caesar pun menemukan ada hal yang kurang tepat. Dugaan ini berawal dari perayaan Natal pada tanggal 25 Desember, tanggal yang sama dengan tanggal kelahiran Dewa Matahari.

Saat itu tanggal 25 Desember juga menandakan posisi Matahari yang berada pada titik paling selatan, yakni 23,5 derajat Lintang Selatan—dikenal dengan sebutan equinox.

Lambat laun equinox pun bergeser pada tanggal 21 Desember, artinya perayaan Natal pun ikut bergeser. Hal ini kemudian menandakan adanya ketidaksesuaian penanggalan dengan pergerakan benda-benda langit.

Baca Juga : Mengapa Orang Percaya dengan Kekuatan Gaib? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Julius Caesar pun memerintahkan astronom kerajaan, Sosigenes untuk menyelesaikan pergeseran tersebut.

Kemudian pada tahun 45, Sosigenes pun mengusulkan penambahan satu hari pada bulan Februari. "Sejak saat itu, ada tanggal 29 Februari," ucap Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin. dikutip dari Kompas.com, Senin, 25/2/2019.