Pakan ternak yang biasa diberikan berupa daun ketela rambat, kangkung, batang pisang, atau dedak untuk babi; rumput gajah, jerami, dan batang jagung untuk sapi; dan jagung atau dedak untuk ayam. Setiap pagi dan sore, Sandi, Ngarda, dan Mbok Sami bergantian untuk memberi makan ternak-ternak di KEM.
Warga kolok di Bengkala sendiri juga beternak masing-masing di tiap KK, berupa sapi 1-2 ekor, babi 2-3 ekor, dan ayam 5-10 ekor. Sebagian besar hewan ternak adalah merupakan bantuan bergulir dan bersifat mengikat dari PT Pertamina (Persero).
“Sekarang, hewan ternak yang ada di sini ada sapi 3 ekor, ayam kalkun 7 ekor, babi 8 ekor, dan ayam aduan 10 ekor. Biasanya, ternak itu dijual kalau sudah cukup usia. Kalau sapi biasanya dijual di luar desa, kalau babi kebanyakan dijual di desa untuk upacara-upacara adat atau hari raya masyarakat Bengkala,” kisah Mbok Sami.
Berkat pemberdayaan masyarakat melalui program-program KEM, termasuk beternak, pendapatan masyarakat KEM bertambah. Semua sekitar Rp450.000/ kapita/ bulan, kini meningkat perlahan hingga Rp820.000/ kapita/ bulan.
Gol utamanya adalah masyarakat kolok terutama dan masyarakat nonkolok di Bengkala dapat lebih percaya diri dan mandiri, sehingga mereka memiliki pendapatan sendiri dari beternak atau pekerjaan lainnya nantinya.
Baca Juga : Milaya, Kain Indah yang Tersisa dari Kekejaman Perang di Sudan Selatan
Selain pertanian dan peternakan, KEM Bengkala juga mengembangkan usaha tenun, batik lukis, pengolahan hasil pertanian (Sari Jamu Kunyit Bengkala/ Sakuntala), aneka kue, aneka keripik, sampai tari-tarian khas Bengkala. Harapannya, di masa yang akan datang, Desa Bengkala telah siap dan matang menjadi destinasi wisata minat khusus atau desa wisata.
Penulis: Astri Apriyani