Tidak Lagi Bekerja Serabutan, Warga Tuli-Bisu Kini Berternak

By National Geographic Indonesia, Rabu, 27 Februari 2019 | 15:47 WIB
Tidak lagi menganggur, warga desa mulai berternak.
Tidak lagi menganggur, warga desa mulai berternak. (Kurniawan Mas'ud)

Pakan ternak yang biasa diberikan berupa daun ketela rambat, kangkung, batang pisang, atau dedak untuk babi; rumput gajah, jerami, dan batang jagung untuk sapi; dan jagung atau dedak untuk ayam. Setiap pagi dan sore, Sandi, Ngarda, dan Mbok Sami bergantian untuk memberi makan ternak-ternak di KEM.

Warga kolok di Bengkala sendiri juga beternak masing-masing di tiap KK, berupa sapi 1-2 ekor, babi 2-3 ekor, dan ayam 5-10 ekor. Sebagian besar hewan ternak adalah merupakan bantuan bergulir dan bersifat mengikat dari PT Pertamina (Persero).

“Sekarang, hewan ternak yang ada di sini ada sapi 3 ekor, ayam kalkun 7 ekor, babi 8 ekor, dan ayam aduan 10 ekor. Biasanya, ternak itu dijual kalau sudah cukup usia. Kalau sapi biasanya dijual di luar desa, kalau babi kebanyakan dijual di desa untuk upacara-upacara adat atau hari raya masyarakat Bengkala,” kisah Mbok Sami.

Panel surya memudahkan masyarakat dalam berternak.
Panel surya memudahkan masyarakat dalam berternak. (Kurniawan Mas'ud)

Berkat pemberdayaan masyarakat melalui program-program KEM, termasuk beternak, pendapatan masyarakat KEM bertambah. Semua sekitar Rp450.000/ kapita/ bulan, kini meningkat perlahan hingga Rp820.000/ kapita/ bulan.

Gol utamanya adalah masyarakat kolok terutama dan masyarakat nonkolok di Bengkala dapat lebih percaya diri dan mandiri, sehingga mereka memiliki pendapatan sendiri dari beternak atau pekerjaan lainnya nantinya.

Baca Juga : Milaya, Kain Indah yang Tersisa dari Kekejaman Perang di Sudan Selatan

Selain pertanian dan peternakan, KEM Bengkala juga mengembangkan usaha tenun, batik lukis, pengolahan hasil pertanian (Sari Jamu Kunyit Bengkala/ Sakuntala), aneka kue, aneka keripik, sampai tari-tarian khas Bengkala. Harapannya, di masa yang akan datang, Desa Bengkala telah siap dan matang menjadi destinasi wisata minat khusus atau desa wisata.

Penulis: Astri Apriyani