Adas, Si Cantik yang Pernah Jadi Pengendali Kelahiran pada Masa Silam

By Gregorius Bhisma Adinaya, Minggu, 17 Maret 2019 | 08:00 WIB
Adas (Foeniculum vulgare) (Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id - Mungkin Anda asing mendengar nama adas. Namun pada sejarahnya, anggota keluarga dari wortel, peterseli, seledri, dill, dan ketumbar ini pernah sangat populer sebagai pengendali kelahiran.

Tidak seperti kerabatnya yang anggun, adas memiliki bentuk dan tampilan yang lucu. Adas berbentuk bulat, renyah, pangkal batang atasnya berwarna putih, dengan batang hijau, dan daun berbulu.

Satu hal yang juga membuat adas menjadi istimewa adalah hampir semua bagian dari tanaman ini dapat dimakan. Batang, daun, dan biji tidak pernah terlewat.

Baca Juga : Video Seorang Fotografer Nyaris Ditelan Paus Saat Tengah Memotret Hiu

Adas telah lama dikenal sebagai bagian dari bahan makanan, tetapi pada masa silam ia juga pernah dikenal sebagai komoditas dalam bisnis besar. Dahulu, berbagai adas raksasa dikenal sebagai silphium yang dapat menghasilkan uang untuk Kirene, sebuah koloni Yunani di Afrika Utara, sekarang adalah Libya.

Silphium begitu penting dalam perekonomian Kirene—bahkan dijadikan ikon di koin mereka. Gambar silphium pada koin bukan tanpa alasan. Silphium adalah bahan populer di Romawi, ia berguna sebagai alat kontrasepsi. Mudahnya, Abad berfungsi sebagai pil pengendali kehamilan.

Sayangnya, kita tidak bisa lagi membuktikan hal tersebut. Silphium telah punah sekitar abad pertama Masehi. Bisa jadi karena panen berlebihan dalam pengendalian kelahiran kuno.

John Riddle, penulis Eve’s Herbs, suatu riwayat tentang kontrasepsi, berpendapat bahwa adas membantu dalam merencanakan keluarga. Ini mungkin menjadi alasan mengenai stabilnya penduduk Romawi. Bahkan dalam periode perdamaian dan kemakmuran, era yang kondusif untuk bayi.

Walaupun silphium telah lama punah, kerabat adas yang masih ada telah terbukti mengandung ferujol, senyawa efektif untuk mencegah kehamilan pada tikus.

Pengganti lainnya dari silphium adalah Asafoedita, kerabat adas lainnya dari Mediterania timur, Afghanistan, dan Iran. Ia juga digunakan sebagai alat kontrasepsi. Namanya berasal dari Bahasa Persia, ‘aza’ yang berarti getah, dan ‘feotida’ dari Bahasa Latin yang berarti bau. Asafoetida dijuluki kotoran iblis karena baunya yang luar biasa memualkan.

Baca Juga : Diterjang 74 Peluru, Orangutan Sumatera Kritis dan Sang Anak Kehilangan Nyawa

Pada awal abad ke-20, bau busuk asafoetida berbanding terbalik dengan reputasinya sebagai obat, dengan asumsi bahwa tidak ada organisme penyakit ingin mendekatinya. Ia bahkan terdaftar oleh Pharmacopeia AS sebagai obat untuk flu Spanyol tahun 1918.

Anak sekolah bahagia memakai tas dari asafoetida di leher mereka untuk menangkal segala sesuatu dari polio, campak, batuk rejan, dan flu biasa. Dalam beberapa kasus, hal itu mungkin benar-benar telah membantu: tentu tak seorang pun ingin mendekati siapa pun dengan tas asafoetida, yang mungkin telah mengurangi penularan.