Nationalgeographic.co.id – Perang Dingin sudah selesai, tapi ‘warisannya’ masih tersisa–ditemukan di dalam tubuh hewan yang tinggal di wilayah terdalam di dunia.
Di Pasifik Barat, tepatnya di titik terdalam Bumi, Palung Mariana, para ilmuwan telah menemukan keberadaan isotop karbon yang tidak stabil pada tubuh hewan laut seperti udang.
Dengan melacak ‘sidik jari’ dari isotop, peneliti kemudian mengetahui bahwa itu merupakan sisa-sisa nuklir yang diledakkan selama Perang dingin.
Baca Juga : Foto-foto Hewan yang Mampu Bertahan Hidup di Tempat Terdingin Bumi
Dipublikasikan pada jurnal Geophysical Research Letters, tim dari Chinese Academy of Sciences berusaha mendokumentasikan bagaimana ledakkan atmosfer dari hulu ledak nuklir di atas Pasifik bisa berakhir di tubuh krustasea kecil yang hidup di kedalaman 11 ribu meter dari permukaan laut.
Mereka memulainya dengan mengumpulkan krustasea kecil–dikenal dengan nama amphipoda–dari Palung Mariana, Palung Mussau, dan Palung New Britain sejak musim semi 2017.
Hasil analisis jaringan lunak dan isi perut hewan tersebut menemukan ketidakstabilan dari isotop karbon-14 (14C). Itu merupakan tanda pasti dari denotasi termonuklir.
Beberapa negara yang terlibat Perang Dingin–seperti AS dan Uni Soviet–telah melakukan lebih dari 2.000 uji coba nuklir sejak 1945. Sebagai hasil dari aktivitas atom tersebut, jumlah 14C di atmosfer meningkat dua kali lipat antara 1950-an dan 1960-an.
Tampaknya 14C “melayang” ke perairan yang ada di bawahnya hingga akhirnya sampai ke rantai makanan dan dimakan makhluk-makhluk yang ada di sana. Sebagai ‘pemulung’, amphipoda dengan senang memakan daging busuk hewan laut yang lebih besar dari permukaan. Itulah sebabnya mengapa 14C akhirnya berada di perut udang yang tinggal di laut terdalam.
Baca Juga : Sejak Abad ke-20, Manusia Berperan Pada Kondisi Kekeringan di Bumi
Radioaktif bukan satu-satunya hasil aktivitas manusia yang ditemukan di palung terdalam. Para ilmuwan sebelumnya juga pernah menemukan kantung plastik di dasar Palung Mariana.
Yang lebih mengkhawatirkan, studi yang dipublikasikan belum ini juga mengungkap adanya mikroplastik pada hewan-hewan yang hidup di Palung Mariana. Faktanya, hampir 75% udang yang diteliti mengandung setidaknya satu partikel mikroplastik. Menunjukkan bahwa pengaruh manusia sudah menyebar bahkan ke wilayah paling dalam di Bumi.