Caspar Georg Karl Reinwardt (1773-1854), seorang asal Lüttringshausen, Jerman, membangun kebun botani 's Lands Plantentuin te Buitenzorg di samping Istana Bogor. Kebun itu diresmikan pada 1817, dan kini warisan Reinwardt itu dikenal sebagai Kebun Raya Bogor. Selain itu dia juga merintis pendirian herbarium di kota itu.
Pada 1819, Reinwardt pernah mendaki Gunung Gede dan menjejaki puncaknya. Dalam lembaran surat korespondensinya kepada M. van Marum di Haarlem, Belanda pada 18 Juni 1819, Reinwardt mengabarkan bahwa dia telah mendaki ‘Gedeh’ yang tingginya hampir 3.000 meter. Dia menyaksikan puncak dengan kawahnya yang lebih lebar, ketimbang dengan kawah-kawah gunung yang pernah dia lihat sebelumnya. Dalam surat kepada koleganya itu dia juga menuturkan bahwa jejak letusan terakhir masih terlihat jelas.
Setelah Reinwardt, banyak peneliti abad ke-19 merambahi puncak Gunung Gede. Franz Wilhelm Junghuhn, Johannes Elias Teysmann, Alfred Russel Wallace. Pada 1890-an, Sijfert Hendrik Koorders dan Melchior Treub berjejak di puncak gunung tersebut.
Namun, Reinwardt bukanlah orang Eropa pertama yang merayapi lereng dan menjejaki puncak Gunung Gede. Kita telah melewatkan seorang pionir.
Baca juga: Riwayat Obelisk Termegah di Permakaman Kebun Raya Bogor
Sejarah mencatat bahwa beberapa minggu sebelum Gunung Tambora menggelegar dahsyat pada April 1815, seorang Inggris telah berjejak di puncak Gunung Gede. Dia bersama para koleganya, tengah mengukur perbedaan suhu di kaki dan puncak gunung tersebut dengan menggunakan termometer.
Namun, tampaknya Reinwardt bukan orang Eropa pertama yang merayapi lereng dan menjejaki puncak Gunung Gede.
Lelaki itu adalah Thomas Stamford Raffles (1781-1826), Letnan Gubernur yang bertakhta di Jawa pada periode 1811-16. Raffles dikenal sebagai pahlawan bagi orang Inggris, perwira tangguh, dan pecinta eksotisme timur—namun bagi orang Jawa dia dianggap penjarah.
Lady Sophia Raffles, jandanya, mengumpulkan dokumen dan korespondensi yang berkait mendiang suaminya. Sophia menerbitkan Memoir of the Life and Public Servicers of Sir Thomas Stamford Raffles pada 1830 di London. Buku tersebut berisi arsip seputar Pemerintah Jawa pada 1811-1816 dan Bengkulu pada 1817-1824, juga sebagian tinggalan korespondensi Raffles.
Arsip korespondensi antara Raffles dan koleganya, Horsfield, meneguhkan bahwa Sang Letnan Gubernur Jenderal itu merupakan orang Eropa pertama yang berjejak di puncak Gunung Gede.
“Kami memiliki pandangan paling luas di puncak:—ruas-ruas jalan Batavia, dengan berbagai kapal barang, bahkan kita bisa membedakan kapal satu dengan lainnya,” tulis Raffles yang melukiskan pemandangan sisi utara dari puncak Gunung Gede. Lalu, di sisi selatannya dia melukiskan, “Wine Coops Bay [Pelabuhan Ratu] masih tampak jelas di sisi lain.”
Kemudian Raffles melanjutkan, “Sekeliling pulau ini telihat jelas, dan kami bisa menyusuri pandangan ke pesisir paling selatan Sumatra dengan mata telanjang.” Dari puncak gunung itu “di arah timur kita bisa memandang Indra Mayu, dan Bukit Cheribon yang menjulang tinggi.”
Tampaknya Raffles takjub dan kagum dengan bentang alam yang disaksikannya dari puncak Gunung Gede. Dalam surat kepada koleganya itu dia pun berkelakar, “Saya pikir bisa dikatakan bahwa kami memiliki jangkauan hampir semua bagian dari pulau, yang oleh pemerintah sebelumnya tidak disebut Jawa.”