Lima Negara yang Mampu Bertahan dari Perubahan Iklim, Apa Rahasianya?

By Gita Laras Widyaningrum, Jumat, 24 Mei 2019 | 13:31 WIB
Ilustrasi dampak perubahan iklim. (leolintang/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id - Dua tahun lalu, University of Notre Dame mempublikasikan indeks yang mengungkapkan negara mana yang paling terpengaruh oleh perubahan iklim

Dikenal dengan Notre Dame Global Adaptation Initiative (ND-GAIN), itu merupakan indeks komprehensif. Ia melihat kerentanan setiap negara, serta kesiapan mereka untuk beradaptasi dengan perubahan iklim. Entah dengan infrastruktur, persediaan makanan, atau kemampuan teknologi.

 Baca Juga: Ke Mana Perginya Sampah Plastik dari Negara-negara Maju dan Industri?

Peta yang disusun oleh para ahli di Eco Experts menunjukkan lima negara teratas yang mampu bertahan dari perubahan iklim. Selain itu, ada pula lima negara terbawah yang diperkirakan paling terpengaruh oleh perubahan iklim.

Dari data tersebut, lima negara yang kemungkinan dapat bertahan, meliputi:

  1. Denmark
  2. Selandia Baru
  3. Norwegia
  4. Singapura
  5. Inggris

Sementara itu, lima negara yang paling terancam adalah:

  1. Republik Afrika Tengah
  2. Republik Chad
  3. Eritrea
  4. Burundi
  5. Sudan

Peta data yang menunjukkan sepuluh negara paling mampu bertahan dan rentan terhadap perubahan iklim. (University of Notre Dame/Eco Experts)

Apakah Anda menemukan pola yang familiar? Bukan kebetulan bahwa negara kaya merupakan yang paling siap menghadapi perubahan iklim. Sebaliknya, negara dengan penghasilan terendah adalah yang paling rentan. 

Meski begitu, salah satu hal terburuk tentang perubahan iklim adalah negara-negara yang merupakan pencemar paling produktif seringkali tidak terkena dampaknya. Jika terkena pun, tidak sebanding dengan yang dialami Afrika, India, Timur Tengah dan Afrika Selatan.

Negara-negara di benua Afrika paling terdampak. (University of Notre Dame/Eco Experts)

Mereka memiliki tingkat ekonomi menengah ke bawah, berada di sepanjang garis pantai (terancam banjir), posisi lintang rendah (kekeringan), serta situasi politiknya tidak stabil. 

Inilah yang menjadi alasan mengapa Kesepakatan Paris muncul: yakni untuk mendorong negara-negara maju berkontribusi lebih banyak dalam membantu negara miskin.