Sejarah Kembang Api yang Kerap Menjadi Simbol Perayaan di Dunia

By Gita Laras Widyaningrum, Selasa, 4 Juni 2019 | 10:00 WIB
Dalam perayaan 'Eid in Dubai', pengunjung dapat menyaksikan pertunjukan kembang api yang spektakuler. (Dubai Tourism)

Nationalgeographic.co.id – Saat ini, kembang api menjadi simbol perayaan hampir di seluruh dunia. Menjelang Hari Raya Idul Fitri, beberapa orang pun menyalakan kembang api untuk menambah keceriaan. 

Dilihat dari zaman Tiongkok kuno hingga Dunia Baru, kembang api telah berkembang secara signifikan.

Kembang api pertama–berupa petasan mesiu–sangat sederhana dan hanya mengeluarkan suara ‘pop’. Namun versi modernnya kini, dapat membuat berbagai bentuk, suara, dan warna.

Awal mula kembang api

Banyak sejarawan berpikir bahwa kembang api diciptakan di Tiongkok. Menurut American Pyrotechnics Safety and Education Foundation, sekitar A.D 800, ahli kimia di Tiongkok mencampurkan kalium nitrat, sulfur, arang, dan berhasil membuat mesiu mentah.

Itu bukan tujuan awal mereka. Para ahli kimia tersebut sebenarnya sedang berusaha menciptakan resep kehidupan abadi. Orang-orang Tiongkok percaya bahwa ledakan bisa mengusir roh jahat.

Baca Juga: Siapakah Lelaki Eropa Pertama yang Mendaki Puncak Gunung Gede?

Meski gagal dari tujuan utama, namun apa yang mereka ciptakan mampu mengubah dunia saat ini.

Untuk menciptakan kembang api pertama di dunia ini, mereka membungkus mesiu ke dalam tunas bambu lalu melemparkannya ke dalam api sehingga menimbulkan ledakan kencang.

Setelah itu, kembang api berevolusi. Tunas bambu digantikan dengan tabung dari kertas. Namun, kali ini mereka tidak langsung melemparkan tabung ke dalam api, melainkan menggunakan kertas tisu sebagai sumbu.

Pada abad ke-10, orang-orang Tiongkok mulai menyadari bahwa mereka dapat membuat bom dari mesiu. Mereka pun terbiasa melekatkan petasan ke panah sebelum menembak musuh.

Dua ratus tahun berikutnya, kembang api dikembangkan menyerupai roket: ia dapat dilepaskan ke area lawan tanpa menggunakan bantuan panah. Teknologi ini masih digunakan sampai sekarang–terutama saat acara pertunjukkan kembang api.