Jangan Dipercaya, 5 Mitos Tentang Olahraga Ini Keliru dan Menyesatkan

By National Geographic Indonesia, Selasa, 25 Juni 2019 | 10:34 WIB
Olahraga mampu mencegah penuaan pada otak dan jantung, juga mencegah depresi. (nd3000/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id - Olahraga memang punya banyak manfaat yang tak perlu diragukan lagi. Tak hanya membuat Anda sehat dan bugar, rajin olahraga juga membantu membuat suasana hati terus-terusan baik. Sayangnya masih banyak mitos olahraga menyesatkan yang beredar di masyarakat.

Mitos-mitos seputar olahraga yang keliru

Berikut ini beberapa mitos yang keliru soal olahraga dan perlu diluruskan.

1. Olahraga harus banyak berkeringat

Salah satu mitos yang masih dipercaya adalah semakin banyak keringat yang dihasilkan saat olahraga, artinya makin efektif dan berat badan yang turun makin banyak. Itu sebabnya banyak orang yang jadi “mati-matian” berusaha olahraga sampai bermandikan keringat.

Faktanya, ini hanya mitos belaka. Ada banyak faktor yang memengaruhi seberapa banyak Anda berkeringat saat olahraga. Mulai dari metabolisme tubuh, jenis olahraga yang dilakukan, hingga di mana dan kapan Anda melakukan olahraga.

Baca Juga: Hati-hati, Lima Kebiasaan Sehari-hari Ini Dapat Memicu Sakit Kepala

Tubuh setiap orang berbeda, sehingga Anda bisa saja mendapatkan manfaat olahraga seperti penurunan berat badan tanpa banyak keringat. Di samping itu, berolahraga terlalu berat dan berkeringat terlalu banyak berkeringat bisa berbahaya.

Bagi sejumlah orang dengan kondisi tertentu, seperti ibu hamil dan lansia, keringat yang keluar terlalu banyak dapat menyebabkan dehidrasi, pusing, dan tekanan darah rendah.

2. Semakin lama berolahraga, semakin baik

“Tidak. Ini mitos olahraga yang keliru,” ungkap Debbie Mandel, seorang ahli fitness serta penulis buku Turn On Your Inner Light: Fitness for Body, Mind, and Soul, dikutip dari Everyday Health.

Bagi kebanyakan orang, olahraga ringan selama 30 menit setidaknya lima kali per minggu sudah sangat efektif untuk meningkatkan kebugaran dan menurunkan berat badan.

Sebaliknya, olahraga lebih dari 90 menit malah dapat merusak tubuh, hingga menyebabkan cedera otot dan persendian. Pada dasarnya tidak penting seberapa lama durasi olahraga yang Anda lakukan. Konsistensi merupakan kunci utama agar Anda bisa merasakan manfaatnya.

3. Bersakit-sakit dahulu, senang-senang kemudian

Setelah kemarin Anda berolahraga, keesokan harinya Anda mungkin bangun dengan rasa nyeri dan pegal di sekujur tubuh. Bahkan untuk menggerakkan tangan saja terasa sakit. Katanya, rasa sakit yang muncul ini pertanda baik karena itu artinya olahraga yang Anda lakukan berhasil.

Faktanya, lupakan mantra ini karena idealnya olahraga yang berkualitas justru tidak membuat Anda menderita setelahnya.

Hal senada juga dikatakan oleh Jennifer Solomon, MD, dokter spesialis tulang belakang dan olahraga di Hospital for Special Surgery, New York City. Masih dari laman Everyday Health, Jennifer mengatakan bahwa sering kali rasa sakit setelah olahraga merupakan peringatan cedera karena Anda melakukan latihan yang berlebihan.

Itu sebabnya, Anda tak perlu melakukan olahraga ekstrem sampai tubuh terasa nyeri untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Anda sudah bisa mendapatkan banyak manfaat meski hanya olahraga jalan cepat selama 30 menit.

Ingat, yang berlebihan tidak selalu baik. Jadi, tinggalkan mitos satu ini dan bijaklah dalam melakukan olahraga.

4. Rajin sit-up supaya perut rata

Mau mengecilkan perut buncit katanya harus rajin-rajin sit-up. Pada kenyataannya, efek pembakaran lemak perut dari olahraga ini tidaklah terlalu besar. Sit-up sebetulnya termasuk olahraga yang khusus bertujuan untuk membentuk dan meningkatkan massa otot agar lebih kuat.

Itu artinya, sit up bukanlah satu-satunya olahraga untuk memperkuat bagian tengah tubuh dan mengecilkan perut. Meski begitu Anda tak perlu khawatir. Pasalnya, ada banyak pilihan olahraga lain supaya perut rata nan six-pack bukan lagi sebuah angan semata. Salah satunya dengan melakukan senam perut.

Baca Juga: Manusia Tertua Berusia Lebih Dari 100 Tahun, Sebenarnya Berapa Lama Kita Bisa Hidup?

5. Olahraga lari tidak baik untuk lutut

Mitos tentang olahraga lainnya yang keliru dan tidak terbukti adalah lari sebabkan masalah lutut. Hal ini didasari karena lari memberikan memberikan tekanan berlebih pada kaki sehingga bisa menyebabkan cedera lutut.

Padahal, penelitian menunjukkan hal yang sebaliknya. Ya, olahraga lari justru membuat tulang dan ligamen tubuh semakin kuat dan lebih padat. Selama Anda memiliki kondisi lutut yang normal dan berat badan yang sehat, maka berlari tidak akan memberikan dampak buruk pada lutut.

Nah, lain halnya jika Anda mengalami masalah tulang seperti osteoarthritis dan berat badan berlebih, Anda tidak dianjurkan untuk berlari secara terus-menerus. Konsultasikan dengan dokter sebelum memulai olahraga lari.