Nationalgeographic.co.id - Awan padat penuh polusi yang membayangi kota-kota besar di seluruh dunia, memengaruhi suasana hati serta kesehatan penduduk yang tinggal di sana.
Sebuah studi dari Tiongkok pada tahun lalu menemukan hubungan nyata antara rendahnya kadar kebahagiaan penduduk kota dengan pencemaran udara yang beracun.
Para peneliti menggunakan data real-time suasana hati orang-orang yang diperoleh dari media sosial, kemudian membandingkannya dengan kadar materi partikulat di udara yang berkaitan dengan penyakit paru-paru.
Untuk mengukur tingkat kebahagiaan penduduk di 144 kota di Tiongkok tersebut, para peneliti menggunakan algoritma untuk menganalisis 210 juta cuitan di situs media sosial paling populer, Sina Weibo.
"Media sosial memberikan ukuran nyata dari kadar kebahagiaan seseorang. Itu juga memberikan banyak data dari kota-kota berbeda," kata Profesor Siqi Zheng, pemimpin penelitian sekaligus ilmuwan dari Massachuseets Institute od Technology.
Setelah menganalisis data tersebut, mereka lalu menggabungkannya dengan informasi tentang materi partikulat dan pola cuaca.
Hasilnya menunjukkan bahwa lonjakan polusi udara berkaitan dengan penurunan kebahagiaan. Terutama pada wanita dan orang-orang dengan pendapatan lebih tinggi.
Baca Juga: Mengkhawatirkan, Area Hutan Amazon yang Terbakar 28 Kali Luas Jakarta
Sebelumnya, menurut sebuah studi, pencemaran udara bertanggung jawab atas kematian dini 1,1 juta warga Tiongkok setiap tahunnya. Itu juga merugikan ekonomi negara dan memengaruhi kesehatan mental.
Dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Tiongkok memang sangat melesat. Namun, prestasi ini ternoda oleh polusi udara akibat pembakaran batu bara dan kemacetan.
Hasil penelitian ini dipublikasikan pada jurnal Nature Human Behaviour.