Circular Economy, Solusi Pengelolaan Sampah Plastik Kemasan?

By Gita Laras Widyaningrum, Rabu, 4 September 2019 | 14:48 WIB
Sampah botol plastik. (Sebasnoo)

Nationalgeographic.co.id - Menurut data dari Asosiasi Industri Olefin Aromatik dan Platik Indonesia (Inaplas) serta Indonesian Plastic Recyclers (IPR), total konsumsi plastik saat ini diprediksi sebanyak 5,66 juta metrik ton (millions of metric tons/MMT). Sayangnya, tingkat daur ulang plastiknya hanya 1,80 MMT.

Dengan kata lain, banyak sampah plastik yang tidak terkelola dengan baik dan akhirnya mencemari lingkungan.

Salah satu langkah yang bisa dilakukan untuk menangani masalah ini adalah dengan menerapkan pendekatan "Circular Economy"

Baca Juga: Polusi Udara Membuat Suasana Hati Penduduk Kota Memburuk

Ditemui dalam acara Plastic Reborn #BeraniMengubah pada Selasa (3/9), Wilson Pandhika, Sekretaris Jenderal Indonesian Plastic Recyclers (IPR), menyatakan bahwa Circular Economy merupakan manajemen sampah yang memberikan manfaat berkelanjutan bagi bisnis dan juga lingkungan. 

"Konsep circular economy ini sangat berbeda dengan linear economy yang saat ini diterapkan. Jika dalam linear economy kita memiliki prinsip take, make, dispose, maka circular economy kebalikannya. Dari awal sebuah barang diproduksi, ia sudah dipersiapkan untuk menjadi bahan baku produk berikutnya. Mengedepankan daur ulang dan memberi kehidupan kedua pada sampah sehingga bisa digunakan lagi," paparnya.

Pada dasarnya, langkah-langkah pengelolaan terpadu pada circular economy menggunakan prinsip 3R (reduce-reuse-recycle). Dengan begitu, plastik kemasan bekas pakai memiliki nilai berkelanjutan. 

(Dok. Coca Cola Indonesia)

Pendekatan circular economy ini sudah mulai diterapkan oleh beberapa perusahaan di Indonesia-terutama industri makanan dan minuman dengan kemasan plastiknya. Salah satunya adalah Coca Cola Indonesia. 

Melalui tiga pilarnya, yakni Design-Collect-Partner, mereka memiliki komitmen untuk mendukung upaya pengumpulan dan mendaur ulang setiap plastik botol yang terjual dan dikonsumsi oleh masyarakat di tahun 2030. Coca Cola juga menerapkan visi World Without Waste melalui inisiatif Plastic Reborn yang akan menjadi payung dalam berbagai inisiatif keberlanjutan dalam penanganan sampah plastik.

"Langkah Coca-Cola Indonesia melalui kegiatan Plastic Reborn pada dasarnya ingin mengubah cara pandang terhadap plastik kemasan bekas pakai menjadi sebuah bahan baku yang memiliki potensi untuk menghasilkan dari segi ekonomi secara terus menerus,” ungkap Triyono Prijosoesilo, Public Affairs and Communications Director Coca-Cola Indonesia.

Baca Juga: Pembalut Sekali Pakai, Penyumbang Sampah yang Juga Berdampak Buruk Bagi Lingkungan

Wilson menambahkan, tidak hanya bermanfaat bagi perusahaan dan lingkungan, circular economy juga memberikan dampak sosial. Pasalnya, pekerja di sektor industri kelola sampah telah menyerap jutaan pekerja. Banyak pihak yang bergantung pada industri daur ulang, salah satunya ialah pemulung, yang menggantungkan hidupnya pada tumpukan sampah plastik. Besarnya kebutuhan plastik menunjukkan bahwa peluang bisnis industri daur ulang sangat besar.

“Potensi rupiah yang dihasilkan dari daur ulang plastik selama ini relatif baik dan menarik. Hal tersebut terlihat dari industri dan ekosistemnya yang telah ada lebih dari 30 tahun memberikan lapangan pekerjaan dan menghidupi banyak orang di Indonesia.” pungkasnya.