BNPB: Luas Lahan dan Hutan yang Terbakar Paling Banyak di NTT

By National Geographic Indonesia, Kamis, 5 September 2019 | 14:01 WIB
Pasukan pemadam kebakaran hutan departemen kehutanan, Manggala Agni, berusaha memadamkan api. (Feri Latief)

Sementara itu, peneliti Pusat Pengindraan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Indah Prasasti mengatakan tidak semua titik panas mengindikasikan terjadi kebakaran. Dia mengatakan LAPAN mengamati titik panas yang ada tiga hari berturut-turut. Kalau titik panas ada di satu titik tertentu saja dan ada indikasi asap, hal tersebut menunjukkan benar-benar terjadi kebakaran di tempat tersebut.

Namun, lanjutnya, kadang kebakaran satu hutan atau lahan terjadi ketika satelit tidak lewat atau memantau.

Indah mengatakan, jumlah titik panas tahun ini lebih banyak ketimbang tahun sebelumnya. Sebab tahun ini terjadi Badai El Nino, sehingga musim kemarau tahun ini lebih kering dibanding musim kemarau tahun lalu.

"Faktor utama dari kebakaran (hutan dan lahan) itu sendiri adalah faktor manusia. Kami pernah memplotkan titik panas dengan curah hujan harian. Ketika tiga hari beruturt-turut tidak ada hujan atau curah hujan kurang dari 50 mili (milimeter), mereka langsung membakar," tutur Indah.

Baca Juga: Nasib Penyu di Tapanuli, Kerap Disantap Sebagai Camilan

Hingga bulan ini, jumlah titik panas pada 2019 lebih rendah daripada tahun lalu. Jumlah titik panas terbanyak tahun ini berada di Kalimantan Barat (4.018 titik), disusul Riau (3.652 titik), Kalimantan Tengah (1.938 titik), Sumatera Selatan (962 titik), Jambi (832 titik), Kalimantan Timur (756 titik), Kalimantan Selatan (515 titik), Kepulauan Bangka Belitung (310 titik), Kalimantan Utara (303 titik), Papua (271 titik), Sumatera Utara (235 titik), dan Aceh (184 titik).

Sedangkan luas hutan dan lahan terbakar secara garis besar adalah di Bali dan Nusa Tenggara (73.467 hektar), Sumatera (36.922 hektar), Kalimantan (16.892 hektar), Maluka dan Papua (4.124 hektar), Jawa (2.461 hektar), serta Sulawesi (1.883 hektar). [fw/em]