Mengapa Danau Terpencil Ini Dipenuhi dengan Puluhan Kerangka Manusia?

By Gita Laras Widyaningrum, Rabu, 11 September 2019 | 17:23 WIB
Danau Roopkund. (Atish Waghwase via History.com)

Nationalgeographic.co.id - Sejak pemandu asal Inggris tanpa sengaja tersandung di Danau Roopkund di India Utara pada 1942, para ahli kesulitan memahami bagaimana ratusan kerangka manusia bisa berakhir di danau glasial yang kecil dan dangkal tersebut. Apalagi, Danau Roopkund terletak di lembah dengan ketinggian 16 ribu di atas permukaan laut.

Selama bertahun-tahun, beragam teori telah muncul terkait misteri ini. Termasuk tentang kapan dan bagaimana mereka bisa sampai ke “Danau Kerangka” (sebutan untuk Roopkund).

Pertama-tama, banyak orang berpikir, kerangka-kerangka itu mungkin milik tentara Jepang yang mati saat melintasi pegunungan Himalaya di masa Perang Dunia II. Namun, tulang-tulang tersebut nyatanya sudah terlalu tua.

Yang lainnya memberikan alasan bencana alam, wabah penyakit atau ritual pengorbanan massal.

Baca Juga: Kenaikan Air Laut, Arkeolog Berlomba-lomba Ungkap Misteri Benteng Kuno Sebelum Tenggelam

Namun, teori yang paling kuat adalah: adanya badai dan hujan es dahsyat yang tiba-tiba menyerang sekelompok peziarah. Bola-bola es kemudian menampar kepala dan pundak mereka.

Saat ini, analisis DNA dan penanggalan radiokarbon memberikan sedikit ‘cahaya’ pada misteri kerangka di Danau Roopkund.

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan pada Nature Communications, sekelompok peneliti menghubungkan 38 kerangka yang ditemukan di danau, ke tiga kelompok berbeda. Ada 23 pria dan wanita keturunan Asia Selatan, 14 kerangka dengan gen yang terkait wilayah Mediterania Timur, dan satu individu dengan DNA Asia Tenggara.

Kerangka manusia di sekitar danau Roopkund. (roopkundtrek.co.in)

Ketika para ilmuwan menelitinya, kerangka keturunan Asia Selatan diperkirakan berasal dari 800 A.D. Namun, kelompok Mediterania Timur dan Asia Tenggara jauh lebih muda, dari sekitar tahun 1.800. Penemuan ini menegaskan bahwa hipotesis yang menyatakan bagaimana kerangka tersebut berakhir di Danau Roopkund akibat bencana, tidak dapat dibuktikan. Sebab, mereka kemungkinan mati dalam waktu yang berbeda, bahkan terpisah seribu tahun.

Meski begitu, hasil tes DNA sebelumnya dari masing-masing kelompok kerangka di danau Roopkund, menunjukkan adanya hubungan keluarga atau suku.

Dari luka kepala yang ditemukan pada kerangka dari 800 A.D, ilmuwan menyimpulkan bahwa hujan dan badai es mungkin memang telah menewaskan seluruh anggota grup peziarah. Teori ini secara mengejutkan telah mencerminkan legenda lokal yang menyatakan bahwa dewi gunung Nanda Devi mengirim badai es yang ganas untuk menghukum sekelompok peziarah yang menodai 'tanah suci' dengan bermain musik dan menari.