5 Fakta Tentang Badak, Satwa yang Paling Terancam Punah di Dunia

By National Geographic Indonesia, Senin, 23 September 2019 | 16:05 WIB
Badak. (jacobeukman/Getty Images/iStockphoto)

3. Cula badak diincar karena harganya selangit

Harga cula badak sangat tinggi, sampai organisasi Save the Rhino melarang media di seluruh dunia untuk mempublikasikannya. Hal itu dilakukan para konservasionis karena mereka khawatir, hal ini justru akan mendorong lebih banyak penjahat masuk ke perdagangan cula badak dan merangsang lebih banyak permintaan konsumen.

Bangkai badak hitam yang culanya telah diambil. Diduga sejumlah pemburu membunuhnya di suaka margasa (BRENT STIRTON/WPY)

Terlepas dari berapa harga cula badak, perlu dicarat bahwa tanduk badak mengandung keratin, senyawa yang juga ada pada kuku kuda, paruh kakatua, dan juga di rambut dan kuku kita. Harga cula badak tinggi karena digunakan untuk pengobatan tradisional China, meski belum ada bukti ilmiah yang menyebutkan cula badak memiliki nilai obat.

"Tidak ada banyak bukti ilmiah yang mendukung klaim tanduk badak dapat menyembuhkan penyakit. Pada 1990, ilmuwan dari Chinese University di Hong Kong menemukan ekstrak tanduk badak dalam dosis besar dapat menurunkan demam tikus. Namun, jumlah konsentrasi tanduk badak yang diberikan ahli pengobatan tradisional China jauh lebih besar," menurut PBS.

4. Badak bisa bersembunyi selama beberapa dekade

Jika pemburu terus membunuh ratusan badak setiap tahun, badak liar dapat menghilang selama beberapa dekade. Ini bukan hanya pukulan dahsyat bagi dunia, tapi juga perekonomian nasional yang mengandalkan badak untuk ekowisata.

Badak sama seperti fauna besar lain. Mereka jauh bernilai ketika hidup dibanding mati. Satwa besar dapat menyumbangkan manfaat ekologis dan meningkatkan pariwisata.

5. Jangan bangga dengan penurunan perburuan badak

Afrika Selatan adalah rumah bagi 80 persen populasi badak yang tersisa dari benua itu. Namun, lebih dari seribu badak diburu setiap tahun antara tahun 2013 sampai 2017.

Perburuan di Afrika sudah mencapai tingkat kritis sejak 2008 hingga 2015 ketika jumlah perburuan memuncak. Menurut Save the Rhino, di tahun 2015 sebanyak 1.349 badak di seluruh Afrika mati diburu. Kemudian pada 2016 ada 1.167 ekor, 2017 ada 1.124 ekorm dan 2018 ada 892 ekor yang diburu.

Badak (Lutfi Fauziah)

Baca Juga: Mengapa Kebakaran Hutan dan Lahan Masih Sering Terjadi Meski Sudah Restorasi?

Meski tingkat perburuan menurun, tapi angka ini masih sangat besar. Setidaknya 2-3 badak Afrika mati dibunuh pemburu setiap harinya.

"Penurunan jumlah badak yang diburu menunjukkan aksi anti perburuan memberi efek, atau mungkin juga menunjukkan semakin sedikit badak yang hidup di alam liar sehingga pemburu tidak menemukan mangsa," ujar ahli dari Save the Rhino.

"Perlu lebih banyak tindakan untuk menghentikan perdagangan ilegal dan memastikan badak memiliki masa depan," imbuh mereka.Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Peringati Hari Badak Sedunia, Kenali 5 Fakta Satwa Terancam Punah Ini". Penulis: Gloria Setyvani Putri.