Sadok Nonga, Lecutan Ekspresi Kebahagiaan Masyarakat Flores Timur

By Rahmad Azhar Hutomo,Natalia Mandiriani, Kamis, 26 September 2019 | 08:00 WIB
Dua remaja ikut merayakan Sadok Nonga (tinju tradisional) dengan meninju karanee, kantong anyaman yang terbuat dari anyaman lontar. Sadok Nonga biasanya diselenggarakan di hari terakhir panen padi di tengah ladang. (Rahmad Azhar Hutomo/National Geographic Indonesia)

Sore menjelang. Puluhan orang diiringi musik bertempo cepat tampak menari beramai-ramai sambil bertinju. Namun cara tinjunya tidak biasa. Mereka bukan saling memukul, melainkan mengarahkan kepalan tangan untuk melubangi wadah dari anyaman daun lontar berisi jerami. Keramaian semakin seru saat jerami bertebaran. Gelak tawa para peserta membahana dalam kabut debu.

Suasana begitu riuh di lapangan di Desa Bantala, Larantuka, Flores Timur. Inilah Sadok Nonga, tinju tradisional dari Desa Bantala. Tradisi ini biasanya dilakukan pada hari terakhir panen padi di sekitar mazbah di tengah-tengah ladang. Padi yang terakhir dipanen, akan disimpan dalam sebuah wadah yang disebut karanee yang berukuran sedang, lalu diantar menuju pondok adat (lumbung) untuk dikumpulkan dengan padi lain.

Sementara itu, ada wadah-wadah yang ukurannya lebih kecil, diisi dengan jerami. Wadah-wadah ini kemudian dibawa oleh pria-pria ke sekitar mazbah sambil meneriakkan tantangan kepada para pria di sekitar mazbah.

Tantangan itu dijawab dengan memukul, menyobek, atau menembus sekuat tenaga wadah itu sampai ke dasarnya hingga berlubang dan jerami berhamburan. Para pembawa karanee mencari penantangnya dan orang yang tertantang harus berhasil merusak karanee. Tradisi ini menjadi ajang tinju spontan dan ramai.

Baca juga: Perjalanan Migrasi Manusia dan Sekaratnya Bahasa Daerah di Nusantara

Dengan cara meninju karanee sekeras mungkin hingga jebol, sobek, tembus ritus Sadok Nonga dirayakan, siapapun diperbolehkan ikut serta dalam acara ini. Pun seperti dua bocah ini, hanyut dalam kemeriahan Sadok Nonga yang memiliki arti untuk menunjukkan ekspresi kegembiaraan, perayaan kesuburan dan kekesatriaan para pria. (Rahmad Azhar Hutomo/National Geographic Indonesia)

Tradisi ini dipertunjukkan dalam Festival Seni Budaya Lamaholot Flores Timur 2019. Masyarakat Desa Bantala sangat antusias mengikuti festival ini. Acara ini juga dimeriahkan dengan kehadiran Bupati Flores Timur, Antonius Hadjon. “Luar biasa, saya bisa melakukannya (Sadok Nonga). Padahal saya tidak menyangka bisa merobek dalam sekali pukul,” katanya semringah.

Sejatinya, Sadok Nonga mengekspresikan kegembiraan, kebahagiaan, sukacita, semangat dan kekesatriaan para pria Lewolema, sekaligus juga perayaan kesuburan dan simbol perkawinan.

Festival Lamaholot 2019 terlaksana hasil kerja sama Indonesiana bersama pemerintah daerah Flores Timur. Program khusus Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Indonesia, berupaya mewujudkan penguatan ekosistem kebudayaan melalui penciptaan landasan bersama, antara pemerintah pusat dan daerah, bersama pemangku kepentingan di masyarakat seperti komunitas, kelompok, organisasi, maupun individu pemangku seni dan budaya.

Bernadus (54) warga Painapang berpose menggunakan pakaian adat untuk Tarian Namanigi saat mengikuti serangkaian acara Festival Lamaholot di Desa Bantala, Larantuka, Flores Timur. (Rahmad Azhar Hutomo/National Geographic Indonesia.)