Nationalgeographic.co.id— Di suatu sore yang berpendar, langkah Agus Aris Munandar berhenti di tengah lorong Candi Borobudur. Dia mengamati satu adegan dalam panil relief di deretan atas dinding teras tingkat pertama. “Pandangan masih terlalu sesak, kita tidak bisa menikmatinya,” ungkapnya.
Kemudian dia mundur setapak seraya tetap mengamati relief itu. Tampaknya pandangannya masih belum juga nyaman sehingga Munandar mundur setapak lagi sampai badannya merapat ke pagar langkan.
Kini, satu kisah panil relief Lalitavistara bisa dilihat secara utuh dan nyaman: Adegan pelepasan keduniawian Bodhisattva, melukiskan Siddhārta Gautama sedang memotong rambut dan melemparkannya ke atas. Sementara para dewa berusaha menangkap dan mengumpulkan rambut-rambut tersebut. “Nah, barulah jelas semua!” serunya.
Munandar merupakan Guru Besar bidang arkeologi dari Universitas Indonesia. Dia melakukan kajian reka ulang para peziarah Borobudur masa lampau. Lewat pemaknaan jarak dengan melihat panil-panil relief di setiap lorong, Munandar mencoba menyaksikan kembali relief yang dipahatkan di pagar langkan dan dinding teras.
Baca juga: Situasi Candi Sewu Pasca Kecamuk Perang Jawa
Belle Gunness: Wanita Pencabut Nyawa 40 Pria dan Anak-anak, Jejaknya Hilang Sempurna
Penulis | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Editor | : | Silvita Agmasari |