Lima Hewan Ini Bisa Membantu Menyembuhkan Penyakit Manusia

By National Geographic Indonesia, Rabu, 9 Oktober 2019 | 13:29 WIB
Dua ekor simpanse duduk bersebelahan. (Anup Shah/Thinkstock)

Ikan kecil ini memakan alga dan mampu makan sebanyak mungkin tanpa terkena masalah. Hal ini karena cara unik mereka dalam beradaptasi untuk bertahan hidup, dengan tidak mengatur gula darah mereka. Ini berarti gejala yang biasanya terlihat pada orang dengan diabetes, seperti memiliki kadar glukosa darah sangat bervariasi, tampaknya bukan masalah bagi ikan ini. Para ilmuwan berharap bahwa dengan memahami lebih lanjut tentang ikan ini, suatu hari kita bisa menemukan pengobatan yang lebih baik untuk penyakit ini.

Zebra dan bisul

Dalam lingkungan yang penuh tantangan, kita menjadi lebih sadar akan kesehatan mental kita. Tapi kita sering mengabaikan bagaimana ini dapat mempengaruhi kesehatan fisik kita. Di manusia, pusat pengolahan informasi di otak sering menghubungkan hal-hal sulit yang terjadi dalam hidup kita.

Ini berarti, kita sedang mengalami stres kronis dalam jangka waktu yang lama. Dan hal ini dapat menyebabkan radang perut.

Hewan, seperti zebra, biasanya mengalami stres untuk periode yang lebih pendek, seperti ketika mereka mencari makanan atau mencoba menghindari predator. Mereka jarang mengalami periode stres yang lama.

Tapi penelitian telah menunjukkan bahwa stres berkepanjangan yang dialami hewan, seperti tikus, dapat menyebabkan tumbuhnya bisul. Ini serupa dengan bisul pada manusia. Ini berfungsi sebagai pengingat yang baik bahwa gaya hidup modern kita yang penuh tuntutan, buruk bagi semua aspek kesehatan kita.

Hubungan antara hewan dan penyakit bukan satu arah. Ada banyak contoh saat kita menggunakan pemahaman penyakit manusia untuk membantu hewan, seperti menggunakan pemahaman kita tentang klamidia ke koala, yang penyakit ini dapat menyebabkan infertilitas, kebutaan, dan kematian.

Franklin Ronaldo menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.

Penulis: Adam Taylor, Director of the Clinical Anatomy Learning Centre and Senior Lecturer, Lancaster University

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.