Manusia Purba Menyimpan Santapan Sumsum Tulang Layaknya Kaleng Sup

By Silvia Triyanti Luis, Selasa, 29 Oktober 2019 | 18:30 WIB
Ilustrasi manusia purba (1971yes/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id -  Sebuah studi menemukan bahwa manusia prasejarah menyimpan sumsum tulang di gua-gua tempat mereka tinggal seperti kaleng sup. Setelah disimpan selama sembilan minggu, barulah mereka memakan hasil simpanannya itu.

Para ilmuwan sempat berpikir bahwa orang paleolitik hidup dengan memakan langsung makanan yang mereka dapat tanpa menyimpannya. Namun penelitian terbaru menemukan bahwa mereka cukup canggih untuk mengawetkan daging menggunakan tulang seperti kita menggunakan kaleng pada zaman modern saat ini.

Penelitian menunjukkan kegiatan ini terjadi antara 420.000 dan 200.000 tahun yang lalu di goa Qesem dekat tempat yang sekarang disebut Tel Aviv. Hal ini membuktikan adanya penunandaan konsumsi makanan pertama kali menurut penelitian yang dipublikasikan di Science Advances.

“Tulang – tulang itu digunakan sebagai kaleng yang melindungi sumsum tulang untuk waktu yang lama sampai tiba saatnya melepas kulit kering, menghancurkan tulang dan memakan sumsum, “ ujar Profesor Ran Barkai dari Universitas Tel Aviv, yang terlibat dalam penelitian tersebut.

Menurutnya juga sumsum tulang merupakan sumber nutrisi yang signifikan oleh karena itu sumsum tulang sudah lama dikenal sebagai makanan dari jaman prasejarah. Pada masa prasejarah, penduduk goa membawa bagian tubuh tertentu dari bangkai hewan yang diburu.

“Mangsa yang paling umum adalah rusa bera, dan anggota badan serta tengkorak yang kemudian dibawa ke goa sementara sisa bangkainya dilucuti daging dan lemaknya di tempat mereka berburu lalu ditinggalkan di sana, “ papar Profesor Jordi Rosell dari Institut Paleoekologi Manusia Catalan dan Evolusi Sosial (IPHES).

Baca Juga : Mammoth Berbulu Terakhir Terisolasi Di Pulau Wrangler Samudra Arktika

Para peneliti juga menemukan tulang-tulang kaki rusa memiliki tanda-tanda khusus yang tidak terlihat seperti tanda-tanda yang tersisa dari pengupasan kulit segar. Menurutnya, manusia prasejarah percaya bahwa jika tulang-tulang itu dibiarkan tertutup kulit akan membantu mengawetkannya sampai mereka membutuhkan daging.

Tak hanya itu, para peneliti juga menemukan bahwa pada zaman itu orang-orang secara teratur menggunakan api, untuk memasak dan memanggang di Goa Qesem. Goa Qesem sendiri ditemukan 15 tahun lalu pada saat pembangunan jalan menuju Tel Aviv.

Sebuah penelitian yang terjadi pada tahun 2020 terhadap jejak-jejak tersebut sempat menimbulkan kontroversi di dunia arkeologi. Kontroversi ini mempertanyakan teori Homo sapiens yang berasak dari Afrika, tetapi para arkeolog tidak dapat menarik kesimpulan nyata dari bukti yang sudah ada.