Nationalgeographic.co.id - Daerah dataran tinggi seperti Tibet dan Andes selama ini diperkirakan menjadi wilayah terakhir yang dihuni manusia. Udara rendah oksigen, sumber daya langka serta cuaca yang keras menjadi sebabnya.
Namun, asumsi peneliti tersebut ternyata tidak sepenuhnya benar. Manusia purba justru telah menjelajah dataran-dataran tinggi lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya. Hal ini terungkap melalui penelitian yang dilakukan di Ethiopia. Para peneliti menemukan jika manusia purba telah membuat "rumah" lebih dari 30.000 tahun yang lalu di dataran tinggi.
"Temuan yang menarik adalah fakta bahwa orang prasejarah berulang kali, selama ribuan tahun, menghabiskan banyak waktu di dataran tinggi secara aktif dan memanfaatkan sumber daya di kawasan Afro-alpine," terang Götz Ossendorf, arkeolog di University of Cologne di Jerman.
Baca Juga: Studi Ikonografi Mengungkap Puncak Keindahan Seni Pahat Majapahit
Para peneliti melakukan pendakian di pegunungan Bale, Ethiopia selatan, yang berada di ketinggian 3.469 meter di atas permukaan laut. Rombongan kemudian juga bergerak menuju ke wilayah lebih tinggi lagi, yang mencapai hampir 4.440 meter. Lingkungan di wilayah itu tidak ramah, berudara tipis, suhunya berubah-ubah tajam, dan sering turun hujan; sehingga para peneliti pun berasumsi jika manusia tidak menetap dalam waktu yang lama di tempat ini. Namun, ternyata mereka justru menemukan banyak tanda seperti artefak batu, tulang binatang yang dibakar, pecahan tanah liat dan manik-manik.
Para peneliti pun kemudian menganalisis endapan yang tersimpan di tanah untuk mengetahui umur serta detail orang-orang yang hidup di sana. Hasilnya, situs tersebut diperkirakan berusia antara 47.000 hingga 31.000 tahun yang lalu. Dengan demikian, situs aktif selama Zaman Es Terakhir, saat lapisan es sebagian besar menutupi Bumi.
Baca Juga: Berkat Kekeringan, Istana Berusia 3.500 Tahun Peninggalan Kekaisaran Kuno di Irak Terungkap
Di tempat tersebut, kelompok besar manusia prasejarah tinggal selama bermingu-minggu hingga berbulan-bulan. Sekitar 20 hingga 25 orang melakukan bermacam aktivitas, mulai dari tidur, menyiapkan makanan, dan sebagainya. Temuan ini pun menjadi bukti awal keberadaan manusia prasejarah di dataran tinggi.
"Manusia prasejarah pada waktu itu adalah pengumpul-pemburu, sehingga tak pernah tinggal menetap di satu situs, tetapi memiliki rutinitas mencari makan yang terjadwal," tambah Ossendorf. Meski lingkungan serta cuaca ekstrem mengancam, namun dataran tinggi ternyata juga menawarkan sumber daya yang lebih menarik daripada lembah yang hangat di dataran rendah.
Selain lelehan es yang bisa dimanfaatkan, di pegunungan Bale juga terdapat tikus tanah raksasa yang berbobot hingga dua kilogram. Tikus-tikus ini melimpah serta mudah diburu, sehingga dapat menyediakan daging untuk membantu manusia bertahan hidup di medan yang berat. Adanya temuan ini pun bisa menjelaskan potensi manusia untuk beradaptasi dengan perubahan di sekitar mereka dengan cukup mudah.
Studi telah dipublikasikan di jurnal Science, Jumat (9/8/2019).
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "30.000 Tahun Lalu, Penghuni Dataran Tinggi Pertama Hidup di Ethiopia". Penulis : Kontributor Sains, Monika Novena.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR