Nationalgeographic.co.id - The Great Pacific Garbage Patch (Pulau Sampah Pasifik Besar), timbunan sampah di Samudra Pasifik akibat ulah manusia, kini kedatangan pengunjung baru. Para ahli biologi melihat sekumpulan paus untuk pertama kalinya di sana. Namun, mengingat bahaya polusi plastik pada kehidupan laut, ini menjadi hal yang sangat mengkhawatirkan.
Dipublikasikan dalam jurnal Marine Biodiversity, para peneliti dari The Ocean Cleanup Foundation menemukan setidaknya ada empat paus sperma (termasuk induk dan anaknya), tiga paus berparuh, dua paus balin, serta lima cetacea lainnya.
"Dari hasil pengamatan kami, makhluk laut tersebut kemungkinan besar terpengaruh oleh sampah plastik. Baik karena terjerat atau tidak sengaja menelannya," kata peneliti.
Baca Juga: Pemanasan Global, Bagaimana Dampak Mencairnya Es Pada Laut Indonesia?
Empat belas cetacea ditemukan pada bangkai kapal peninggalan perang Vietnam menggunakan fotografi, citra inframerah dan data LIDAR sejak 2016. Awalnya tujuan mereka adalah menghitung jumlah sampah plastik di lautan. Bersama dengan mikroplastik, para peneliti mendeteksi 1.280 potong puing berukuran lebih dari 50 sentimeter.
The Great Pacific Garbage Patch dapat ditemukan antara Hawaii dan California--salah satu wilayah paling terpencil di Samudra Pasifik. Di sana, terdapat 80 ribu ton jaring yang mengambang, alat pancing, kantung plastik dan jenis sampah yang sulit terurai lainnya.
Timbunan sampah ini bukan hanya tempat pembuangan akhir yang mengambang di tengah lautan. Lebih jauh, ia merupakan area umum dengan konsentrasi pencemaran plastik yang tinggi.
Baca Juga: Menjadi 'Tawanan' di Penangkaran, Reproduksi Gajah Terhambat
Kasus polusi plastik di lautan menjadi hal yang paling sering dibicarakan akhir-akhir ini. Efeknya pada satwa liar sangat terlihat, terutama burung laut dan cetacea. Salah satu contohnya, paus berparuh jantan ditemukan dengan 40 kilogram sampah plastik di saluran pencernaannya di lepas pantai Filipina.
Selain masalah jeratan dan menelan plastik, jenis sampah ini juga dapat membahayakan lingkungan dan keanekaragaman hayati di Bumi. Mereka diketahui bisa menumbuhkan bakteri tertentu yang berbahaya bagi kehidupan laut.